London, 1 Sya’ban 1434/10 Juni 2013 (MINA) – Aksi demo anti apartheid mendesak Badan Asosiasi Sepakbola Eropa UEFA (Union of European Football Associations) membatalkan pelaksanaan kejuaraan Piala Eropa Usia 21 tahun (U-21) yang berlangsung di Israel 5-18 Juni 2013.
Desakan disampaikan terkait dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Padahal wilayah itu adalah wilayah Palestina yang dijajah Zionis Israel.
“Bagaimana UEFA menjadikan Israel sebagai tuan rumah, padahal Israel melakukan pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan setiap hari di tanah Palestina,” kata Mahmoud Sarsak, pemain sepak bola Nasional Palestina, lapor OnIslam yang dipantau Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Senin (10/6).
Sarsak (23), pemain sepak bola berbakat asal Palestina itu pernah ditahan dipenjara Israel selama tiga tahun tanpa tuduhan. Dia tiba di London untuk siap bergerak melakukan kampanye melawan Israel dengan meminta keputusan UEFA agar tidak memberikan hak pada Israel untuk menjadi tuan rumah pertandingan sepakbola Eropa U-21.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Kebrutalan Israel membawa pemain sepak bola tersebut ke dalam penjara tanpa dakwaan. Dirinya kehilangan setengah dari berat badannya karena melakukan aksi mogok makan di penjara administratif Israel.
Penderitaan Sarsak dimulai pada tahun 2009 saat ia ditawari kontrak professional di sebuah klub sepak bola di Tepi Barat. Saat dia tiba di perbatasan wilayah Israel dengan Palestina ‘Erez’ untuk menerima tawaran itu, situasi berubah menjadi malapetaka.
Petugas keamanan Israel mengatakan, mereka harus menginterogasi Sarsak. Dia terkejut saat proses interogasi, Israel memborgol tangan dan kakinya.
“Saya terkejut ketika dengan segera tangan dan kaki saya dirantai. Mereka membawa saya dengan tangan dan kaki dirantai. Bahkan, saat saya diinterogasi, mereka menyiksa, melecehkan, dan memukuli bagian kepala saya,” Sarsak mengenang.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Setelah itu, ia dimasukan ke dalam sel tahanan. Saat berada di sel tahanan itu dia merasakan ancaman kematian berkali-kali. Selama tiga tahun di penjara Israel, pemain sepakbola Palestina itu disiksa secara fisik dan psikologis. “Saya melakukan aksi mogok makan sebagai upaya mencapai jalan kebebasan,” tambahnya.
Boikot Israel
Sarsak menyesalkan atas keputusan UEFA dengan Israel menjadi tuan rumah dalam kompetisi sepak bola tim nasional negara di Eropa dengan batas usia maksimal 21 tahun itu. Sarsak terus berusaha mencari jalan agar UEFA memboikot Israel.
Pada Mei lalu, Lebih dari 50 pemain sepak bola internasional yang bergabung dengan pengunjuk rasa anti-apartheid di London menuntut UEFA membatalkan penyelengaraan kejuaraan sepak bola Eropa U-21 di Israel.
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Sebuah petisi juga diajukan oleh kampanye pro-Palestina dan menarik lebih dari 8.000 tanda tangan.
Beberapa pemain sepakbola usia 21 tahun dari berbagai negara yang telah ikut memboikot turnamen di Israel itu, antara lain : pemain Chelsea Eden Hazard (asal Belgia), bintang Arsenal Abou Diaby (Perancis) dan Pemain Paris Saint-Germain Jeremy Menez (Perancis). Aksi boikot didukung pemain sepakbola senior, di antaranya eks pemain Sevilla Frederic Kanoute (Mali). (T/P013/P02/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah