Jakarta, MINA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) turut menyoroti isu krisis garam nasional terutama untuk konsumsi maupun industri. Untuk mengatasi kelangkaan garam, maka dibutuhkan dukungan infrastruktur di daerah yang memiliki curah hujan rendah.
Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Selatan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dijadikan sentra produksi garam nasional, mengingat kedua daerah tersebut memiliki curah hujan yang rendah.
“NTT dan Sulawesi Selatan sangat potensial untuk dijadikan sentra produksi garam nasional,” kata Unggul di Jakarta sebagaimana keterangan pers yang dikutp MINA, Jumat (4/8).
Dia menjelaskan, pembangunan lahan garam terintegrasi akan memudahkan petani panen dengan kadar garam tinggi hanya dalam jangka waktu empat hingga lima hari. Hal itu dilakukan dengan cara membangun reservoir air laut bertingkat dan mekanisasi metode panen.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Selain itu, garam bisa juga dihasilkan produk bittern untuk industri makanan, minuman, dan suplemen. Dengan begitu akan turut menjawab masalah perekonomian. “Sebagai contoh, BPPT telah berhasil pula membuat pabrik garam farmasi pertama di Indonesia dan bahkan penguasaan proses produksi garam pro-analisa,” paparnya.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, BPPT memiliki teknologi untuk mengatasi kelangkaan garam.
“Ternyata BPPT itu sudah sangat bisa bikin garam. Selama ini belum, tadi saya lapor Wakil Presiden, saya besok rapat dengan ahli garam dari tempatnya Pak Menristekdikti. Ternyata bisa, murah, biaya rendah. Tanpa melihat cuaca,” ungkapnya. (R/R01/RS2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina