Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPPT Siap Laksanakan Operasi Redistribusi Curah Hujan

Lailatul Mukarromah - Rabu, 10 Februari 2021 - 02:21 WIB

Rabu, 10 Februari 2021 - 02:21 WIB

0 Views

Jakarta, MINA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) siap melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca redistribusi curah hujan untuk mengurangi hujan ekstrem yang melanda wilayah Pulau Jawa saat ini.

Sejak Desember lalu, upaya mitigasi banjir melalui operasi TMC sudah diwacanakan pada beberapa rapat koordinasi Kementerian Lembaga untuk antisipasi fenomena La Nina serta faktor cuaca lainnya.

“Namun hingga saat ini belum ada arahan pelaksanaan operasi TMC, baik di wilayah DKI Jakarta maupun di wilayah-wilayah potensi banjir lainnya,” kata Hammam Riza, Kepala BPPT di Jakarta, Selasa (9/2).

Ia mengatakan, berdasarkan prediksi cuaca, sebagian besar wilayah Pulau Jawa, beberapa hari ke depan masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Baca Juga: Transaksi Judi Online di Indonesia Mencapai Rp900 Triliun! Pemerintah Siap Perangi dengan Semua Kekuatan

“Oleh karena itu pelaksanaan TMC redistribusi curah hujan wilayah banjir perlu segera dilakukan guna antisipasi makin meluasnya wilayah terdampak banjir,” tambahnya.

Merujuk hasil TMC redistribusi curah hujan di Jabodetabek tahun 2020, bahwa TMC redistribusi curah hujan mampu mengurangi curah hujan sebesar 21-47% terhadap curah hujan alamnya. Maka diharapkan dengan penerapan operasi TMC saat ini akan mengurangi potensi kerugian baik secara ekonomi maupun sosial.

Hal yang sama juga disampaikan Jon Arifian, Kepala BBTMC-BPPT. “Kami menunggu komando. BBTMC telah menyiapkan sumber daya berupa peralatan dan logistik terkait yang diperlukan untuk operasi TMC di Lanud Halim Perdanakusuma,” ujarnya.

Diakui Jon Arifian, pelaksanaan TMC redistribusi curah hujan untuk mengurangi dampak banjir membutuhkan upaya dan sumberdaya yang lebih dibandingkan TMC untuk menambah curah hujan, diantaranya kesiapan pesawat karena masifnya pertumbuhan awan.

Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar

Sebagai gambaran pada operasi TMC redistribusi curah hujan di Jabodetabek tahun 2020 lalu, BBTMC mengerahkan sumberdaya peralatan seperti pesawat CN 295, Cassa 212-200 dan juga pesawat Piper Chayenne.

Jon Arifian menambahkan, Metode TMC penyemaian awan untuk redistribusi curah hujan yang disiapkan, meliputi metode “jumping proses” dan “sistem kompetisi”.

Metode jumping proses adalah perlakuan penyemaian pada awan-awan di luar wilayah rawan banjir yang pergerakannya mengarah menuju wilayah rawan banjir.

Sedangkan sistem kompetisi adalah menyemai bibit awan yang masih kecil secara masif di daerah rawan banjir, sehingga awan tersebut tidak sempat berkembang menjadi hujan secara masif atau diupayakan buyar sebelum mencapai wilayah rawan banjir.

Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah

Menurut pantauan BBTMC, selama periode Januari 2021 di wilayah Jawa telah terjadi beberapa kali kejadian curah hujan ekstrem, namun belum sampai mengakibatkan terjadinya banjir. Hal itu disebabkan kondisi tanah masih belum jenuh, sehingga air hujan yang terjadi sebagian besar masih bisa terserap oleh tanah dan menjadi aliran bawah permukaan.

“Namun dengan bertambahnya hujan pada bulan Februari, berangsur-angsur kondisi tanah mulai jenuh, sehingga dengan kejadian hujan intensitas ringan-sedang secara terus menerus dapat mengakibatkan banjir, karena volume hujan yang terjadi tidak mampu terserap dalam tanah. Langsung menjadi aliran permukaan atau genangan, seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di beberapa kota di Pulau Jawa seperti Bekasi, Kerawang, Pantura Pulau Jawa dan bahkan di wilayah Semarang,” ujar Jon Arifian.

Sementara itu, Deputi Bidang TPSA BPPT Yudi Anantasena menegaskan operasi TMC harus secara rutin dilaksanakan, baik dikala cuaca esktrem dampak La Nina yang dapat mengakibatkan banjir dan longsor seperti saat ini atau dikala kekeringan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Ia juga mengatakan, BPPT telah melaksanakan serangkaian studi dan teknologi untuk mengatasi permasalahan banjir dan longsor. Diantaranya kajian fenomena penurunan tanah (land subsidence) untuk daerah rawan banjir, akibat penggunaan air tanah. Selain itu aplikasi radar aperture sintetis dan kajian sistem tata air di daerah-daerah aliran sungai. (R/R11/R1)

Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Pendidikan dan IPTEK
Indonesia