Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelaskan sejak BRIN mengambil alih tugas dan fungsi BATAN, pihaknya sangat concern dalam mengembangkan kegiatan riset ketenaganukliran. Bahkan, dia menyampaikan sejumlah rencana besar BRIN dalam mengembangkan fasilitas proton terapi.
“BRIN bersama dengan Kemenkes itu sejujurnya sudah tidak tahan lagi melihat kondisi kita, negara dengan penduduk sebesar ini, tapi masih belum mandiri melakukan terapi nuklir secara masif dan efesien atau murah. Kita ingin membuat itu terjangkau,” ungkapnya saat memberikan sambutan dalam G.A. Siwabessy Memorial Lecture di Grand Ballroom BRIN Gatot Subroto, Senin (12/12).
Handoko menyampaikan, oleh karena itulah BRIN akan memfokuskan kawasan nuklir di Pasar Jumat khusus aplikasi teknologi nuklir untuk medis dan industri.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan revitalisasi reaktor riset siwabessy yang berada di Kawasan Sains Teknologi (KST) Habibie, Serpong. Hal ini karena mengingat usia reaktor yang sudah cukup tua.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
“Ke depan kami akan pusatkan seluruh aktifitas riset nuklir berbasis reaktor di reaktor siwabessy. Kita akan tata ulang, dan perbesar sesuai dengan perkembangan zaman,” ucapnya.
Sedangkan untuk fasilitas di Kawasan Nuklir di Pasar jumat akan difokuskan untuk wahana platform kerja sama dengan industri baik medis dan non medis.
“Insyallah kita akan segera mulai awal tahun depan untuk irradiator untuk industri alat kesehatan dan pangan. Kemudian akan dilanjut minimal dengan Lab CT Scan, produksi radioisotop dan radiofarmaka, kemudian juga beberapa akselator khususnya proton terapi,” tambahnya.
Handoko berharap ke depan proton terapi di Indonesia bisa dilakukan dengan harga yang lebih terjangkau.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Meski diketahui terapi proton merupakan sesuatu hal yang mahal saat ini. Namun pihaknya akan membuat fasilitas terapi proton tersebut menjadi sharing facility yang dapat dipakai bersama untuk seluruh rumah sakit di Indonesia.
“Jadi itu nantinya semacam klinik khusus untuk proton terapi. Kalau tidak dilakukan seperti itu, tidak mungkin kita bisa menekan harga yang lebih terjangkau. Dengan harga terjangkau itu, kita harapkan bisa masuk BPJS sehingga makin banyak lagi orang yang mendapatkan manfaat dari fasilitas kesehatan tersebut,” ulasnya.
Namun demikian, Handoko tak menampik bahwa masih banyak tantangan yang perlu dihadapi untuk mewujudkan rencana besar tersebut.
Salah satu tantangan paling besar yaitu menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli di bidang ketenaganukliran. Hal ini pula yang membuat dirinya ragu untuk membangun fasilitas pengembangan akselerator tersebut.
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia
“Nuklir ini sebetulnya banyak peluang yang perlu dikembangan, tapi banyak tantangan yang dihadapi. Kita harus bersama dan berkolaborasi untuk mempercepat pengembangan fasilitas ketenaganukliran. Sebenarnya kita sudah berencana tahun depan sudah mulai. Tetapi karena SDM yang ekspert di bidang itu belum siap. Jujur saya tidak berani memulainya tahun depan,” ucapnya.
Maka dari itu, lanjut Handoko, pihaknya harus memulai percepatan SDM. Dia berharap dengan adanya G.A. Siwabessy Lecture ini bisa ikut memotivasi generasi muda untuk terjun di bidang yang terkait nuklir. Hal ini karena banyak sekali area yang bisa dilakukan, apalagi dengan fasilitas yang lengkap.
“Saya yakin kita bisa menjadi negara yang mandiri, karena dengan populasi negara sebesar ini kita tidak mungkin, tidak memiliki akselerator proton terapi. Nuklir merupakan keniscayaan bagi negara kita, tapi kita harus menyadari masih banyak perbaikan dan percepatan khususnya SDM. Sehingga kemungkinan paling cepat tahun 2025 kita bisa melakukan pembangunan akselelator baik sinkrotron ataupun yang lainnya,” ujarnya.
Di lain sisi, Handoko menyebutkan teknik analisa nuklir ke depan akan banyak berbasis akselerator.
Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan
Meski demikian, pihaknya akan memilah dan mencari lagi metodologi yang tepat dan efesien untuk mengoptimalkan pemanfaatan enegri nuklir. Hal ini karena teknik analisa nuklir itu bisa diaplikasikan di berbagai aspek.(L/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman