Jakarta, MINA – Diektur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengapresiasi peningkatan rating perseroan, menjadi peringkat idAAA dengan prospek stabil dari Pefindo.
“Sebelumnya, peringkat idAA positif diberikan Pefindo kepada PT Bank BRIsyariah Tbk yang merupakan surviving entity dari hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara,” katanya dalam keterangan pada pers, umat (12/2).
BSI merupakan entitas hasil penggabungan dari tiga bank syariah milik Himbara yakni PT BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNI Syariah). Bank Syariah Indonesia resmi beroperasi dan efektif merger pada 1 Februari 2021.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengapresiasi peningkatan kembali rating perseroan awal tahun ini. Capaian ini menjadi movitasi bagi manajemen untuk terus bekerja keras mewujudkan target yang telah ditetapkan, termasuk mengakselerasi integrasi layanan kepada nasabah dan masyarakat.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Perseroan pun akan agresif dalam mendongkrak kinerja pada masa pemulihan ekonomi tahun ini termasuk rencana bisnis jangka menengah. Potensi masyarakat Indonesia yang muslim saat ini lebih dari 200 juta atau terbesar di dunia. Industri halal di 2024 diperkirakan sekitar Rp4.800 triliun. Potensi ini akan kami garap seoptimal mungkin,” kata Hery.
Analis Pefindo Handhayu Kusumowinahyu menyampaikan pemeringkatan tersebut mencerminkan realisasi merger, yang menciptakan bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset melebihi Rp214,7 triliun atau setara dengan sekitar 40,4% industri perbankan syariah dan 2,4% industri perbankan per Juni 2020. BSI juga merupakan bank terbesar ke-7 di industri perbankan per November 2020.
Dalam jangka panjang, menurut Handhayu, Bank Syariah Indonesia akan memperkuat profil bisnisnya dengan memanfaatkan jaringan induk usaha, diversifikasi pembiayaan pendanaan lebih baik, serta memperkuat indikator keuangan. “Obligor dengan peringkat idAAA memiliki peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo,” kata Handhayu dalam pengumuman rating Pefindo.
Handhayu memaparkan kapasitas BSI untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang relatif dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya adalah superior. Instrumen pembiayaan syariah dengan peringkat idAA (sy) hanya sedikit berbeda dari instrumen dengan peringkat tertinggi.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
“Kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang berdasarkan kontrak pembiayaan syariah, relatif terhadap emiten Indonesia lainnya, sangat kuat,” paparnya. Peringkat tersebut mencerminkan dukungan Bank Syariah Indonesia sangat kuat dari pemegang saham utama, posisi yang sangat kuat di segmen perbankan syariah, permodalan yang sangat kuat, serta profil likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang sangat kuat. Namun, peringkat tersebut dibatasi sebagian oleh kualitas asetnya yang moderat.
“Peringkat dapat diturunkan jika kami melihat adanya penurunan material atas dukungan dari pemegang saham utama, yang dibuktikan dengan penurunan material dalam kepemilikan atau penurunan kontribusi kepada Induk,” jelas Handhayu.
Handhayu berpandangan bahwa pandemi Covid-19 cukup berdampak pada profil risiko industri perbankan syariah. Penurunan bisnis yang substansial di hampir semua sektor telah mengakibatkan lemahnya permintaan untuk pembiayaan dan layanan perbankan lainnya, yang berdampak buruk pada profil profitabilitas bank.
Selain itu, pelemahan ekonomi juga telah melemahkan kapasitas debitur, memberikan tekanan pada kualitas, dan indikator likuiditas. Namun, dia juga melihat bahwa profil permodalan industri perbankan yang baik dan posisi likuiditas yang memadai telah memberikan bantalan yang memadai untuk memitigasi risiko-risiko ini.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Karena itu, ia mengatakan, Pefindo berpandangan bahwa dampak Covid-19 terhadap profil kredit Bank Syariah Indonesia secara keseluruhan akan tetap terkendali mengingat komitmen kuat dari Induk Perusahaan untuk mendukung, posisi yang sangat kuat di segmen perbankan syariah, permodalan yang sangat kuat, dan likuiditas yang sangat kuat dan profil fleksibilitas keuangan.
“Kami juga menyadari eksposur bank yang substansial pada sektor-sektor yang paling terpengaruh oleh Covid-19 seperti perdagangan, transportasi, konstruksi, layanan bisnis dan rumah tangga, yang secara bersama-sama menyumbang di atas 60% dari portofolio pembiayaan bank pada akhir Desember 2020. Pelanggaran pembiayaan di sektor-sektor ini dapat menambah tekanan pada kualitas aset Bank secara keseluruhan. Pefindo akan terus mewaspadai dampak pandemi terhadap kinerja Bank Syariah Indonesia dan profil kredit secara keseluruhan.”
Dalam laporan tersebut, Pefindo juga telah menarik peringkat BNI Syariah dan BSM, di mana kedua bank tersebut tidak lagi berdiri sendiri sebagai badan hukum yang terpisah, dan aset dan kewajibannya telah dialihkan sepenuhnya kepada Bank Syariah Indonesia.
Peringkat korporasi terbaru BNI Syariah dan BSM adalah idAA + dengan outlook positif karena rencana merger tersebut. Pefindo juga menaikkan peringkat Sukuk Mudharabah BSM Subordinasi tahun 2016 yang diterbitkan sebelumnya oleh BSM menjadi “idAA (sy)” (R/R4/P1)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng
Mi’raj News Agency (MINA)