Rakhine, MINA – Gabungan LSM internasional pada Senin (1/4) mendesak Pemerintah Myanmar memberikan akses kemanusiaan untuk membantu warga sipil di Rakhine karena terjadinya petempuran antara militer Myanmnar dengan kelompok perlawanan Budha Arakan Army di sana.
Danish Refugee Council, Norwegian Refugee Council, Oxfam, dan sejumlah LSM internasional lainnya mengatakan setidaknya sebanyak 95.000 orang tinggal di daerah-daerah yang terkena dampak konflik.
Mereka, kata LSM-LSM itu dalam sebuah pernyataan, tidak lagi dapat mengakses sejumlah kebutuhan dasar karena pembatasan pemerintah junta Myanmar atas akses kemanusiaan.
“Layanan perawatan kesehatan, pendidikan, dan akses ke air bersih semuanya telah terancam,” kata LSM internasional dalam pernyataannya.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Gabungan LSM itu mendesak semua pihak memastikan perlindungan masyarakat sipil atas konflik berkelanjutan sesuai hukum kemanusiaan internasional.
LSM juga mendesak pemerintah Myanmar memberikan akses kepada NGO lokal dan internasional untuk mendapatkan akses kepada para warga yang terkena dampak untuk memberikan bantuan.
Bentrokan bersenjata meningkat di Rakhine, terutama di bagian utara, sejak Maret tahun lalu ketika tentara Arakan mengklaim kelompok etnis mayoritas Budha Rakhine terlibat bentrok dengan militer Myanmar.
Hampir 10.000 orang, sebagian besar beragama Buddha Rakhine, melarikan diri dari rumah mereka sejak militer melancarkan serangan setelah tentara Arakan menewaskan sedikitnya 13 pasukan di empat pos penjagaan polisi perbatasan dekat perbatasan Myanmar dengan Bangladesh pada Januari.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Tentara Arakan sebelumnya berperang melawan pasukan pemerintah di negara bagian Kachin utara dan negara bagian Shan di timur laut. (T/R03)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai