Kabul, MINA – Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) menyatakan, budidaya opium di Afghanistan turun 20% pada 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, menandai kontraksi tajam di sektor tanaman ilegal, menurut laporan yang dirilis Kamis (6/11).
Dilansir dari Khaama Press, total luas lahan budidaya menurun menjadi 10.200 hektar dari 12.800 hektar pada 2024 — hanya sebagian kecil dari 232.000 hektar yang tercatat pada 2022, sebelum Taliban melarang secara nasional. Produksi opium turun lebih cepat lagi, turun 32% menjadi sekitar 296 ton.
Pendapatan petani dari opium anjlok dari $260 juta menjadi $134 juta, karena banyak yang beralih ke gandum dan tanaman legal lainnya. Namun, kekeringan parah dan curah hujan yang rendah menyebabkan lebih dari 40% lahan pertanian menganggur, memperburuk kemiskinan di pedesaan.
Perwakilan Regional UNODC, Oliver Stolpe, mengatakan, pemulihan Afghanistan bergantung pada “investasi internasional jangka panjang dan alternatif berkelanjutan.”
Baca Juga: Utusan AS Ungkap Ada Negara Baru Siap Normalisasi Hubungan dengan Israel
Ia mendesak fokus yang setara untuk mendukung petani, mengurangi permintaan, dan mengatasi jaringan perdagangan manusia.
Kepulangan hampir empat juta warga Afghanistan dari negara-negara tetangga telah membebani sumber daya dan lapangan kerja yang terbatas, sementara pemotongan bantuan kemanusiaan berisiko mendorong masyarakat kembali ke budidaya ilegal. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Koalisinya Terancam Bubar, Netanyahu Desak RUU Pengecualian Wajib Militer Segera Disahkan
















Mina Indonesia
Mina Arabic