Benih Komunisme
Pada zaman Arab Jahiliyah, benih-benih ajaran komunisme sudah ada. Ada sebuah aliran yang masyarakat menyebutnya sebagai Dahriyyah. Mereka adalah sekte yang menyandarkan segala sesuatu kepada waktu. Aliran ini diikuti sebagian orang musyrik Arab yang mengingkari adanya kehidupan setelah mati.
Dahriyah dari segi bahasa berasal dari addahru artinya masa. Maka Ad-Dahriyah adalah keyakinan atau aliran filsafat yang pokok keyakinannya adalah eksistensi alam dan manusia hanya karena masalah waktu (masa). Benda ini bergerak, atau seseorang mati karena memang telah waktunya untuk mati, dan tidak tidak ada sangkut-pautnya dengan adanya Sang Pencipta. Ini sejalan dengan ajaran atheisme yang tidak mengakui adanya tuhan.
Kaum Dahriyyah dinamai juga Kaum Maddi (materialis), hanya percaya kepada benda atau Kaum Thabii (naturalis) yang hanya percaya kepada alam ini saja. Mereka beranggapan bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya, Tuhan tidak ada. Manusia hidup di dunia atas kehendak alam. Jika alam menghendaki dia mati, dia pun mati.
Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern
Menurut Ibnu Katsir, para filosof pengikut aliran Dahriyyah meyakini setiap 36.000 tahun, Segala sesuatu akan kembali seperti semula. Mereka menduga hal ini telah terjadi berulang-ulang tanpa batas. Mereka sangat mendewa-dewakan akal (rasio).
Komunisme Anti Tuhan
Sebagai ideologi anti-Tuhan, komunis memusuhi agama. Komunis menjadikan Tuhan dan agama sebagai bahan ejekan dan hujatan.
Dalam pertemuan tertutup dengan calon-calon simpatisan awam, tokoh peletak dasar Komunisme, Karl Marx mengatakan, “Eksistensi Tuhan tidak masuk akal. Tuhan adalah konsep yang menjijikkan. Pendek kata, aku menaruh dendam pada Tuhan.”
Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia
Adapun tentang agama, dia mengatakan, “Agama adalah candu masyarakat. Menghujat agama adalah syarat utama dari semua hujatan.”
Ucapan ini diikuti oleh tokoh PKI Indonesia, Dipa Nusantara (DN) Aidit. Walaupun Aidit lahir dan besar di tengah-tengah keluarga Muslim, namun ketika dewasa, ia berfaham komunis. Ia berkata, “Agama adalah candu. Revolusi mental tidak akan berhasil bila rakyat tidak dijauhkan dari agama.”
Orang yang pertama kali mendirikan Partai Komunis, Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), mengatakan, “Matilah agama dan hiduplah atheisme…. Kita harus memperlakukan agama dengan bengis.”
Dalam menerapkan ideologinya itu, pengikut Komunis menghalalkan segala cara. Dalam Manifesto Komunis yang dilahirkan Karl Marx dan Friedrich Engels, keduanya menyatakan, “Tujuan untuk merebut kekuasaan hanya dapat dicapai dengan menggunakan kekerasan, menggunakan seluruh sistem sosial yang ada.”
Baca Juga: Satu Tahun Taufanul Aqsa
Ada 18 cara yang digunakan oleh Komunis untuk mencapai tujuan, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, yaitu: 1) berdusta, 2) memutarbalikkan fakta, 3) memalsukan dokumen, 4) menebar fitnah, 5) memeras, 6) menipu, 7) menghasut, 8) menyuap, 9) intimidasi, 10) bersikap keras, 11) membenci, 12) mencaci-maki, 13) menyiksa, 14) memperkosa, 15) merusak-menyabot, 16) membumi hangus, 17) membunuh/membantai, dan 18) adu domba.
Komunisme Masuk Indonesia
Komunisme masuk ke Indonesia dipelopori oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet, warga negara Belanda yang datang ke Indonesia pada tahun 1913. Bersama Adolf Baars, ia mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang, Jawa Tengah.
Awalnya organisasi ini tidak mempropagandakan komunis, namun lambat laun mengubah diri menjadi berpandangan komunis. Setelah keberhasilan revolusi di Uni Soviet (sekarang Rusia), mereka memasuki organisasi-organisasi massa untuk menyebarkan paham ini, salah satunya Sarekat Islam (SI) pimpinan Semaun.
Baca Juga: Memetik Buah Manis Syukur dalam Kehidupan Muslim
Tokoh-tokoh PKI Indonesia antara lain: Munawar Musso, Amir Syarifuddin, DN Aidit, Abdul Latief Hendraningrat, Alimin Prawirodirdjo, Darsono, Oetomo Ramelan, Misbach, Semaun dan lainnya.
Sebelum mendirikan PKI, Semaun dan Darsono pernah mengenyam pendidikan tentang komunis dari Sneevlit di Indische Social Demoratische Partij (ISDP). Sneevlit sendiri diketahui tokoh dalam ISDP. Dari sana, keduanya sering berdiskusi hingga akhirnya mereka menganut faham komunis.
Komunisme Tidak Boleh Hidup di Indonesia
Ada empat alasan komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak boleh kembali muncul di Indonesia. Dari segala aspek, meliputi ideologi, sosial, politik, dan sejarah yang diajarkan paham ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan ideologi pancasila. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam pernyataannya menyatakan:
Baca Juga: Amalan yang Paling Banyak Membuat Masuk Surga
- Dari segi ideologi, komunisme telah melawan prinsip ketuhanan. Hal ini karena komunisme tidak mengenal adanya Tuhan. Sedangkan di Indonesia, dalam sila pertama Pancasila, yakni ketuhanan yang Maha Esa.
- Dari segi sosial, komunisme mengajarkan pertentangan kelas. Misalnya, pertentangan kelas antara buruh dan majikan, kaya dan miskin, juragan dan bawahan. Prinsip tersebut jelas mengadu domba sehingga tidak tercipta suasana yang harmonis. Indonesia tidak menanamkan prinsip pertentangan kelas.
- Dari segi politis, komunis mengajarkan bagaimana melakukan agitas dan propaganda kepada lawan politik. Sementara Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran termasuk dalam berpolitik.
- Dari sisi sejarah, pemberontakan yang dilakukan PKI di Indonesia tidak hanya sekali. Pemberontakan PKI dimulai sejak tahun 1926, 1945, 1958, 1950 dan terakhir tahun 1965. Peristiwa 1965 dikenal sebagai pemberontakan PKI yang paling besar karena memakan banyak korban baik kalangan masyarakat sispil, ulama, kiyai hingga para jenderal TNI.
Menangkal Ajaran Komunisme
Tokoh Muslimah Indonesia, Fahira Idris mengatakan, menjalankan ajaran agama dan Pancasila secara murni dan konsekwen adalah cara yang paling ampuh menghalau PKI dan ideologi komunis di Indonesia.
Menurut Fahira, jika negara mulai dari para pemimpin dan rakyatnya sungguh-sungguh menjalankan nilai-nilai agama, bersatu padu dalam kehidupan sehari-hari maka ideologi komunis yang anti Tuhan tidak akan diterima.
Jika nilai-nilai Pancasila mampu direalisasikan oleh pemerintah, maka kesejahteraan rakyat akan terwujud. Di negara yang religius dan sejahtera, komunis tidak akan laku.
Baca Juga: Kekuatan Iman, Sumber Ketenangan dalam Hidup Sehari-hari
Komunis akan tumbuh subur di wilayah-wilayah yang masyarakatnya jauh dari nilai-nilai agama, penuh ketidakadilan, kemiskinan, pengangguran, dan terpampang nyata jurang kesenjangan atau ketimpangan ekonomi antar lapisan masyarakat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Meraih Syafaat Melalui Shalawat