Pada Senin malam, 19 November 2018, para elit politik Erbil berkumpul di Grand Ballroom di Rotana Hotel, ibu kota wilayah Kurdi. Mereka menghadiri peluncuran buku baru berjudul “You Are Just Watching: The Story of Yazidi Children who Survived the Islamic State” (Anda Hanya Menonton: Kisah Anak-Anak Yazidi yang Bertahan dari Islamic State) oleh Sham Barham.
Penulis buku itu adalah seorang siswi SMA berusia 17 tahun, baru berusia 15 tahun ketika ia pertama kali mulai melakukan wawancara di kamp-kamp pengungsi dengan orang-orang yang selamat. Dia dibantu oleh wartawan Yazidi Risala Sharkani, yang juga berbicara pada acara Senin malam itu.
“Kami (sebagai orang Kurdi) harus menulis sejarah kami sendiri dan kami harus bereaksi oleh kami sendiri,” kata Sharkani. Dia menekankan, para penulis dan intelektual Kurdistan harus terus mendokumentasikan kekejaman yang telah mereka alami.
Sham juga didukung oleh orang tuanya. Ayahnya, Barham Ali adalah seorang jurnalis terkenal dari BasNews. Ibunya, Naz Abdullah, adalah seorang tokoh media Kurdi yang terkenal.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Sham memiliki ide untuk menulis buku itu setelah ia dilibatkan ke dalam pekerjaan orangtuanya dan menemani mereka dalam kampanye amal. Kemarahan pertama Sham ke dalam jurnalisme menunjukkan bahwa dia akan mengikuti jejak orangtuanya yang terkenal.
Buku karyanya berfokus pada pengalaman anak-anak dan mendokumentasikan kisah-kisah dari sepuluh orang yang selamat dan masih hidup setelah berada di bawah kelompok Islamic State (ISIS).
“Sejak tragedi itu, media arus utama telah menempatkan sorotan hanya pada korban dewasa dan tidak ada media khusus untuk fokus pada anak-anak,” kata Sham. Ia sebagai seorang anak, dia merasa bahwa dia dapat lebih berhubungan dengan cerita anak-anak.
Seperti kisah Salam yang tertulis dalam buku tersebut.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Salam seorang anak yang baru berusia tujuh tahun ketika dia harus mengubur adiknya dengan tangannya sendiri.
Empat tahun kemudian, keluarganya masih tinggal di kamp pengungsi di Erbil. Meskipun ada kelompok bantuan internasional, ibu Salam merasa bahwa tidak ada yang membantu mereka.
Dia adalah ibu dari delapan anak, salah satunya terbunuh selama perang. Dia dengan lembut menangis ketika dia memegang uang 5.000 dinar Irak (sekitar $ 4). Itu adalah harga sepupunya yang dijual karena masih terperangkap di dalam kota Raqqa yang masih dikuasai ISIS kala itu.
“Judul (buku) mengatakan Anda Hanya Menonton, itu karena … jujur, sebagian besar dunia hanya menonton,” kata Sham. “Jika dunia tidak hanya menonton, maka dunia harus melakukan sesuatu.”
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Buku You Are Just Watching bergabung dengan buku-buku yang diterbitkan baru-baru ini tentang topik serupa, seperti Layla and the Nights of Pain yang ditulis oleh seorang korban Yazidi dan buku The Last Yazidi Genocide oleh aktivis Amy Beam.
Beam berpendapat bahwa dunia tahu kisah perempuan Yazidi. Menurutnya, sudah waktunya bagi narasi internasional untuk melanjutkan membahas migrasi massal dan pemukiman kembali.
Anak-anak hilang di saat konflik, terpisah dari orangtua mereka selama masa konflik. Anak-anak dapat diculik, dipaksa menjalani pelatihan militer atau perbudakan, yatim piatu dan diadopsi, kemudian akhirnya mereka dapat ditemukan dan dipersatukan kembali.
Sebagai buntut dari pengeboman kimiawi Halabja, Irak, 200 anak dilaporkan hilang, baik dibunuh atau “diselamatkan” dan dibawa ke Iran. Keluarga Iran kemudian mengadopsi mereka. Sampai hari ini, para korban sedang menunggu untuk dipersatukan kembali dengan kerabat biologis mereka melalui pengujian DNA.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Salah satu kasus yang terkenal adalah Maryam dari Halabja yang bersatu kembali dengan keluarga yang salah setelah melakukan tes di departemen DNA.
Dengan lebih dari 3.000 perempuan dan anak-anak Yazidi masih hilang, diharapkan buku baru karya Sham Barham itu dapat melanjutkan kasus Yazidi untuk keadilan dan membantu menemukan anak-anak Yazidi yang hilang.
Yazidi adalah kelompok etnoreligius dan berbahasa Kurdi yang mempraktikkan agama sinkretisme yang menggabungkan Syiah dan Sufi Islam dengan tradisi adat rakyat daerah.
Kelompok ISIS menganggap Yazidi adalah aliran sesat dan kelompok bersenjata itu menargetkan etnis ini untuk dibunuh atau dijadikan budak. (AT/RI-1/P2)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Sumber: Tulisan Vanessa Powell di The New Arab. Powell adalah jurnalis lepas di Erbil, Irak Kurdistan.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam, tak Ada Jejak Yahudi Sedikit Pun