Cahaya Islam Di Negeri Tirai Bambu

Oleh: Shobariyah Jamilah, Jurnalis Kantor Berita Islam MINA

Dari abad ke-8 hingga abad ke-15 Islam menyebar dengan cepat ke daratan China yang masuk melalui dai Muslim yang bekerja di bidang perdagangan, pertanian dan jasa sipil. Masjid Taise Kuang di Kanton dan masjid-masjid di Chang-an, Ch’uanchou, Hang-chou dan Yang-chou adalah masjid-masjid tertua di negeri Tirai Bambu tersebut.

Islam menyebar di China selama periode waktu yang panjang dan dianut oleh berbagai kelompok etnis.

Menurut catatan sejarah, Islam masuk ke China oleh para pedagang Arab, yang menetap di selatan dan pantai timur negara itu. Terutama pada periode Yuan (1271-1368) dan Ming (1368-1644) dinasti itu, Islam menyebar ke daerah-daerah pedalaman China. Hal ini seiring dengan beberapa masyarakat di Asia Tengah yang juga masuk Islam. Pada masa ini, populasi Muslim telah meningkat pesat dan mencapai sejumlah besar daerah.

Kaum Muslim pun menetap terutama di kota-kota seperti Kanton, Zeytun, Yang-chou dan Hang-chou. Orang China memberi nama “Ta-shi” kepada umat Islam dari abad ke-7.

Satu sumber Cina kuno Hsin T’ang Shu, menggambarkan umat Islam sebagai berikut, “Ta-shi, para pria dengan jenggot hitam dan membawa pisau perak. Mereka tidak minum anggur dan tidak mendengarkan musik. Para wanitanya menutupi wajah mereka ketika mereka meninggalkan rumah mereka. Setiap Jumat di kawasan kuil besar mereka menarik masyarakat dengan seruan bahwa siapa yang pernah menghilangkan musuh, maka dia akan senang. Jadi Ta-shies adalah pejuang gagah berani. Mereka menyembah Tuhannya lima kali sehari-semalam.”

Baca Juga:  Basrin, Mantan Napi yang Menabung untuk Bantu Palestina

Dalam kerusuhan Huang Ch’ao pada tahun 876 dan era Tien Shen-Kung, ribuan Muslim menjadi korban pembantaian. Tapi itu tidak bisa menghentikan perkembangan Islam.

Pada periode berikutnya, dinasti Yuan, Islam mendapat tempat di semua daerah di komunitas terpisah, dan mampu mengamalkan Islam. Bahkan dilindungi oleh beberapa pemerintah dan kaisar di periode Yuang Ming dan dinasti antara 8 dan abad ke-15.

Diduga bahwa kaisar pertama, T’ai-tsu, dari dinasti Ming pada tahun 1368 menjadi seorang Muslim dan pada tahun yang sama dibangun sebuah masjid di Nanking bernama Chin-Chiao-shih. Beberapa kaisar dari dinasti yang sama mengeluarkan perintah untuk melindungi umat Islam.

Begitulah, dari abad ke-8 hingga abad ke-15 Islam telah menyebar dengan cepat di China. Islam telah menjadi pusat agama-budaya-sosial, masjid juga memiliki peran dimasyarakat.

Masjid Hui-sheng-se pun dikenal sebagai masjid adalah salah satu masjid pertama yang dibangun di China pada awal era Islam. Selain itu, Masjid Kuang-Taise di Kanton, masjid-masjid di Chang-an, Ch’uanchou, Hang-chou dan Yang-chou menjadi masjid tertua di China.

Baca Juga:  Basrin, Mantan Napi yang Menabung untuk Bantu Palestina

Berikut adalah beberapa masjid yang telah memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di China dan masih berdiri hingga hari ini dengan keunikan-keunikan khasnya.

Masjid Hui-sheng-se (627)

Menjadi salah satu masjid tertua di dunia, “Masjid Hui-sheng-se” dibangun oleh Muslim pertama yang datang ke China, dan dibangun tahun 627 di Provinsi Guangdong. Masjid ini juga disebut juga dengan “Memories of Masjid Nabi”. Dibangun dengan arsitektur khas China, masjid ini diperkirakan dibangun oleh sahabat Nabi yang datang untuk menyeru masyarakat setempat masuk Islam, dan ditandai dengan adanya makam,  yaitu makam sahabat Sa’ad Bin Abi Waqqas.

Seruan azan dilantunkan dari menara masjid ini. Menara masjid ini juga oleh para pelaut dijadikan sebagai mercusuar. , di

Masjid Chang-an (742)

Menurut catatan, masjid Chan-an dibangun pada tahun 742 pada era Dinasti Tang di ibukota pertama China, Chang-an. Masjid Chang-an adalah ekspresi perpaduan seni dan arsitektur China dan Islam.

Masjid ini diperluas pada era dinasti Song Yuan, Ming dan Qing. Masjid ini disebut sebagai salah satu struktur paling kuno China, dan dikenal sebagai “Big East Masjid”.

Baca Juga:  Basrin, Mantan Napi yang Menabung untuk Bantu Palestina

Terbuka bukan hanya untuk ibadah, tapi juga untuk kunjungan wisatawan hingga saat ini. Dengan tetap tidak kehilangan fungsinya sebagai pusat penyiaran Islam selama tiga belas abad sampai sekarang.

Dibangun di lahan seluas 13 ribu meter persegi, dengan bangunan tambahan masjid berusia 2.272 tahun ini, semua dindingnya diukir dengan kayu dengan tulisan-tulisan kaligrafi Al-Qur’an. Sungguh nilai masjid tak ternilai harganya.

Masjid Niu-Jie (926)

Masjid Niu-Jie dibangun pada tahun 926 di kota Beijing. Masjid Niu Jie- disebut sebagai salah satu masjid tertua dan terbesar di negara ini.

Karakteristik dari arsitektur khas China tampak kental dari masjid ini. Dengan beberapa kali perbaikan, termasuk penambahan bangunan,  masjid ini berdiri di lahan seluas sepuluh ribu meter persegi.

Niu-Jie adalah salah satu bangunan bersejarah dan di bawah perlindungan pemerintah hingga saat ini. Terletak di ibu kota dan menjadi pusat spiritual keagamaan, dengan hiasan dinding terbaik dari seni dekoratif Islam.

Kuburan Ahmed Burdani dan Molla Ali yang datang China pada akhir 13 dan awal abad ke-14, berada di halaman masjid. Kegiatan dewan masjid ini terus melayani dakwah secara intensif hingga saat ini. (T/R13/RS-2)

Sumber: World Bulletin.

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Admin

Editor: Ali Farkhan Tsani