Cara Membersihkan Hati

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانً۬ا وَيُكَفِّرۡ عَنڪُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ 

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Q.S. Al-Anfaal [8] ayat 29).

Furqan artinya petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Dapat juga diartikan sebagai pertolongan. Dalam konteks kali ini artinya sikap sensitif, seumpama sebagai alarm peringatan yang akan menegur kita bila berhadapan dengan perkara yang haram. Dan furqan itu letaknya di . Hati adalah titik pusat komando kepada tubuh yang menentukan seseorang menjadi baik atau buruk.

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Hati yang buruk tidak akan bisa membedakan mana yang baik. Hati model ini membuat dada berdebar tidak karuan, mengakibatkan pembuluh darah tersumbat dan menimbulkan penyakit. Sukar diobati, kecuali kembali kepada jalan kebaikan.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengingatkan bahwa di dalam tubuh manusia sudah ada filter (furqan), yang dengannya, manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram.

Dalam sebuah hadits, sahabat Wabishah radhiyallahu ‘anhu menceritakan ketika ia menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ia ingin menanyakan semua tentang kebaikan dan dosa.

Wabishah kemudian berkata kepada para sahabat yang ada disekitarnya, “Biarkan aku mendekat kepada Rasulullah. Aku sungguh sangat merindukan untuk dekat dengan beliau.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Mendekatlah, hai Wabishah!”

Wabishah lalu mendekat hingga kedua lututnya menyentuh kedua lutut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu bersabda kepadanya, “Maukah kamu aku beritahu tentang permasalahan yang ingin kamu tanyakan?”

Jawab Wabishah, “Silahkan, ya Rasulullah.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan dan dosa?”

Jawab Wabishah, “Ya.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu merapatkan jari-jari tangannya lalu menepuk dada Wabishah seraya bersabda, “Hai Wabishah, tanyakan kepada hati nuranimu. Kebaikan adalah apa yang mendatangkan ketenangan diri. Sedangkan dosa adalah yang menjadikan hatimu gundah dan ragu-ragu. Meskipun orang lain memberikan pendapat yang berbeda.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh Wabishah agar bertanya pada hati nuraninya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengetahui bahwa Wabishah mampu melakukannya, karena beliau tahu bahwa Wabishah adalah orang yang memiliki cara berpikir yang baik dan hati yang bersih.

Hadits ini mendorong kita untuk berusaha memiliki akhlak mulia, karena ia bagian terbesar dari kebajikan. Islam sangat menghargai hati, bahkan menjadikannya tempat merenung sebelum bertindak.

Untuk menjadi manusia yang baik hingga akhirnya selamat dan sukses dunia akhirat, kita harus menjaga hati kita agar tetap menjadi bersih dan baik.

Ada beberapa cara untuk memelihara hati, yaitu:

  1. Berzikir atau mengingat Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَـٰبً۬ا مُّتَشَـٰبِهً۬ا مَّثَانِىَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّہُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ‌ۚ ذَٲلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَہۡدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ‌ۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُ ۥ مِنۡ هَادٍ

Artinya, “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik [yaitu] Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (Q.S. Az-Zumar [39] ayat 23).

Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ

Artinya, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d [13] ayat 28).

  1. Membaca Al-Quran, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

 إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Q.S. Al-Anfal [8] ayat 2).

Di ayat yang lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُ ۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya, “Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf [7] ayat 204).

  1. Berkumpul bersama orang-orang salih, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّہُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُ ۥ‌ۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡہُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُ ۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُ ۥ فُرُطً۬ا

Artinya, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. Al-Kahfi [18] ayat 28).

  1. Perbanyak puasa, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

يا معشر الشباب من اسطاع منكم الباءة فاليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء

Artinya, “Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

  1. Salat malam, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةً۬ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامً۬ا مَّحۡمُودً۬ا

Artinya, “Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Israa’ [17] ayat 79).

Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمۡ عَنِ ٱلۡمَضَاجِعِ يَدۡعُونَ رَبَّہُمۡ خَوۡفً۬ا وَطَمَعً۬ا وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ

Artinya, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (Q.S. As-Sajdah [32] ayat 16).

Dan dalam hadits disebutkan,

عَنْ بِلَالٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنْ الْإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنْ الْجَسَدِ

Dari Bilal radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Selalulah kalian melakukan salat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan orang-orang salih sebelum kalian, dan sesungguhnya salat malam mendekatkan kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan.” (H.R. Tarmidzi 3472, shahih kecuali lafal “mengusir penyakit dari badan”).

  1. Hindari perdebatan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِ‌ۖ وَجَـٰدِلۡهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُ‌ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ‌ۖ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16] ayat 125).

  1. Menjaga pandangan dan kemaluan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

 قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَـٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡ‌ۚ ذَٲلِكَ أَزۡكَىٰ لَهُمۡ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ

Artinya, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’.” (Q.S. An-Nuur [24] ayat 30).

Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً

Artinya, “Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) ‘Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja’.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

  1. Bersikap Tawadu, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Artinya, “Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (H.R. Muslim no. 2865).

Menurut Imam Al-Hasan Al-Bashri, tawadu itu setiap kali seseorang keluar rumah dan bertemu seorang Muslim, ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.

  1. Berprasangka baik, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

 يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬‌ۖ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Q.S. Al-Hujurat [49] ayat 12).

Dalam hadits disebutkan,

َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ اَلظَّنَّ أَكْذَبُ اَلْحَدِيثِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling bohong.” (Muttafaq Alaihi).

Berperasangka baik bertitik berat pada hati dan pikiran kita, memerlukan kesabaran dan keimanan yang baik.

Begitu pentingnya kita mempoles hati kita hingga menjadi bersih, bening, dan berkualitas baik. Sebab, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan melihat cantiknya wajah kita, berkilaunya perhiasan kita, atau tingginya pangkat kita, tapi Allah akan melihat hati kita.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَ رِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Abdirrahman bin Syahrin radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (H.R. Muslim).

Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

 يَـٰٓأَيَّتُہَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَٮِٕنَّةُ (٢٧) ٱرۡجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً۬ مَّرۡضِيَّةً۬ (٢٨) فَٱدۡخُلِى فِى عِبَـٰدِى (٢٩) وَٱدۡخُلِى جَنَّتِى (٣٠

Artinya, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr [89] ayat 27-30).

 لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

(P001/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.