Havana, Kuba, 26 Shafar 1436/19 Desember 2014 (MINA) – Presiden Kuba mendesak Amerika Serikat (AS) untuk mengangkat embargo perdagangan dan ekonomi terhadap negaranya dalam memperbaiki sepenuhnya hubungan dingin antara kedua musuh lama itu.
“Sebagai hasil dari dialog di tingkat tertinggi, termasuk percakapan telepon saya kemarin dengan Presiden (Barack) Obama, kami telah membuat kemajuan dalam beberapa topik kepentingan bersama bagi kedua negara,” kata Raul Castro dalam pidato Rabu (17/12) yang disiarkan televisi.
Itu perbincangan telepon pertama antara AS dan pemimpin Kuba sejak 1961, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Janji normalisasi hubungan diplomatik secara penuh merupakan bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara kedua negara.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Pemerintah Kuba pada Rabu membebaskan kontraktor Amerika Alan Gross (65) atas dasar kemanusiaan, diikuti oleh langkah AS yang membebaskan tiga mata-mata Kuba yang dihukum sebagai imbalan.
“Keputusan Presiden Obama layak mendapat rasa hormat dan pengakuan dari rakyat kami,” kata Castro.
Namun presiden Kuba mengatakan, kesepakatan itu bukan berarti inti permasalahan telah diselesaikan.
“Blokade ekonomi, perdagangan, dan keuangan, yang menyebabkan kerugian besar bagi rakyat dan ekonomi negara kami, harus berhenti,” katanya dalam sambutannya.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Sejak 1960, Amerika Serikat memberlakukan embargo perdagangan terhadap Kuba dalam menanggapi keputusan negara komunis itu menasionalisasi semua properti milik AS di pulau itu.
“Meskipun blokade telah dikodifikasi menjadi undang-undang, Presiden Amerika Serikat memiliki kewenangan eksekutif untuk memodifikasi pelaksanaannya,” kata Castro, mengungkapkan kesediaannya untuk bekerja sama dengan badan-badan multilateral, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara itu, Obama juga menyambut kesepakatan untuk mengakhiri “pendekatan usang itu, selama beberapa dekade yang telah gagal memajukan kepentingan kami”.
Menurut pejabat Gedung Putih, AS berencana membuka kedutaan besar di Havana dalam beberapa bulan mendatang. Selain itu, larangan perjalanan akan dicabut, tapi perjalanan wisata akan tetap dilarang untuk sementara waktu. (T/P001/R05)
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel