Jakarta, MINA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan menilai dalam Catatan Akhir Tahun-nya, kondisi fundamental ekonomi masih berada dalam posisi yang terkendali. Hal ini dibuktikan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto mengungkapkan, Jumat (28/12), pertumbuhan ekonomi masih terjaga dan inflasi cukup stabil pada level yang rendah. Namun risiko yang berasal dari dinamika perekonomian perlu mendapatkan perhatian lebih besar.
“Indonesia juga perlu menjaga cadangan devisa serta meningkatkan ekspor,” kata Yugi sebagaimana keterangan pers yang diterima MINA, Sabtu.
Menurutnya, ekspor komoditas di sektor kelautan dan perikanan dapat lebih dioptimalkan tidak hanya dilihat dari sisi nilai tambahnya, tetapi juga harus memperhatikan volume ekspornya yang masih relatif kecil.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Jika melihat sebagian besar komoditas perikanan, justru volume yang dihasilkan belum optimal. Padahal, kita tahu potensi kita cukup besar, namun ternyata produktivitas komoditas ekspor kita belum seperti yang kita harapkan bersama,” ujarnya.
Yugi mengungkapkan, volume ekspor di sektor kelautan dan perikanan masih didominasi oleh rumput laut yang mencapai 175 ribu ton dengan nilai USD 241 juta. Sementara potensi perikanan nasional harusnya bisa lebih banyak berkontribusi terhadap kinerja ekspor nasional.
“Kami dari dunia usaha sendiri akan lebih mendorong agar sektor perikanan kita bisa berbicara lebih banyak untuk ekspor. Baik perikanan tangkap hingga budidaya, sehingga kita juga sangat berharap agar kebijakan yang ada bisa mendukung terhadap upaya ini dan target ekspor yang dicanangkan pemerintah bisa terealisasi,” kata Yugi.
Rokhmin Dahuri, Ketua Dewan Penasehat Kelautan dan Perikanan Kadin menjelaskan, dari dunia usaha berharap agar kebijakan yang ada tidak berubah-ubah karena mempunyai efek berganda yang signifikan terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Pihaknya berharap agar pemerintah bisa mendorong kemajuan ekonomi terfokus pada pertumbuhan dan ekspor.
“Semoga di tahun depan, kebijakan pemerintah lebih mengutamakan pendekatan konsep membangun growth (pertumbuhan ekonomi) yang inklusif serta fokus pada peningkatan nilai dan volume ekspor. Sekarang dengan pertumbuhan 5 persen misalnya, sejauh mana pertumbuhan itu berdampak terhadap kesejahteraan nelayan, masyarakat pesisir serta keberlangsungan usaha perikanan dan kelautan” kata Rokhmin.
Dia mengatakan, di masa mendatang masih banyak hal yang harus diperhatikan. Kondisi sekarang ini, tidak hanya pelaku usahanya saja tapi nelayan sekalipun masih menemui banyak tantangan yang dihadapi seperti susahnya mendapatkan akses pembiayaan dan permodalan karena dianggap tidak bankable, selain juga terbentur dengan peraturan-peraturan cukup memberatkan.
Di samping itu, masih mahalnya sarana produksi menjadi catatan tersendiri bagi pengusaha untuk melangsungkan usaha perikanannya.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Seperti diketahui sebelumnya, Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 sebanyak 915 ribu ton, naik jika dibandingkan periode yang sama sebesar 862 ribu ton pada 2017.
Dari sisi nilai, Januari-Oktober 2018 mencapai USD 3,99 miliar, naik jika dibandingkan pada periode yang sama 2017 yang mencapai USD 3,61 miliar.
Sementara itu, FAO memprediksi pasar seafood dunia di tahun 2024 mencapai 240 juta ton, di antaranya 160 juta ton adalah dari perikanan budidaya.(L/R01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng