Oleh: Ali Farkhan Tsani*
Hari Selasa malam tanggal 24 Maret 2015 lalu, Kuasa Usaha ad interim (The Charge d’Affaires a.i.) Kedutaan Besar Pakistan untuk Indonesia, Syed Zahid Reza dan Mrs Uruj Raza mengundang Pimpinan Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency/MINA) untuk menghadiri Hari Nasional (National Day) Pakistan ke-75 di salah satu hotel berbintang di Jakarta.
Hari Nasional Pakistan diperingati mengacu pada saat Liga Muslim meminta pemisahan pemerintahan pada 23 Maret 1940 untuk melindungi kepentingan kaum Muslim di bekas jajahan Inggris di India. Mayoritas penduduk India beragama Hindu sedangkan mayoritas penduduk Pakistan yang memisahkan diri dari India beragama Islam.
Syed Zahid Raza dalam sambutannya mengatakan, Pakistan akan terus mempererat hubungan yang lebih kuat dengan Indonesia.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Turut hadir pada resepsi Hari Nasional Pakistan, Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia AM Fachir. AM Fachir, merupakan salah satu pembicara Seminar Nasional Media pada Pembukaan Grand Launching Kantor Berita Islam MINA di Jakarta, 18 Desember 2012 lalu.
Tampak hadir pula Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia Anoja Wijeyesekera dan Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Nazmul Quaunine.
Parade Hari Nasional
Sebelumnya, di Islamabad, ibukota Pakistan, pada Senin (23/3) pasukan militer Pakistan mengadakan aksi parade militer Hari Nasional Pakistan, setelah tujuh tahun tidak ada acara serupa karena situasi perang di kawasan itu.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Warga ibukota pun menyaksikan atraksi Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, lengkap dengan kendaraan lapis baja, seperti: Unit Mekanik Infanteri, Batalion Commando.
Di udara helikopter dari type-type Bell Helly, MI-17, helikopter tempur Cobra, dan helikopter Puma, terbang di depan podium kehormatan tempat Presiden Mamnun Hussain sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata memimpin upacara.
Pakistan Today memberitakan, Presiden Mamnun Hussain, menegaskan dalam pidatonya tekad bangsa untuk menghapus aksi terorisme dari negara.
Ia juga menyatakan menginginkan penyelesaian semua sengketa dengan India termasuk dalam masalah sengketa kepemilikan wilayah Jammu dan Kashmir melalui dialog.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Sengketa Kashmir harus diselesaikan sesuai dengan aspirasi rakyat Kashmir dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Ini, dapat menjamin perdamaian lebih tahan lama dan stabilitas di kawasan,” ujar Presiden Mamnun Hussain.
Lebih lanjut ia memaparkan, pasukan Pakistan memainkan peran penting dalam misi-misi perdamaian PBB di zona konflik, dan negara akan terus bekerja untuk perdamaian dan keamanan dunia.
Di samping Presiden, di podium utama juga ada Perdana Menteri Nawaz Sharif, Kepala Staf Gabungan Jenderal Rashad Mahmoud, para pejabat tingg lainnya, perwakilan negara-negara sahabat dan lain-lain.
Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi mengirim ucapan selamat kepada Perdana Menteri Nawaz Sharif pada Hari Nasional Pakistan tersebut.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Kedua negara ini masih berseteru terutama dalam sengketa kepememilikan wilayah Jammu dan Kashmir, dan terlibat dalam perlombaan persenjataan nuklir.
Hubungan Pakistan-Indonesia
Kuasa Usaha ad interim (The Charge d’Affaires a.i.) Kedutaan Besar Pakistan untuk Indonesia, Syed Zahid Reza mengatakan, kedekatan hubungan Pakistan dan Indonesia, sudah terjalin sejak dulu.
Hubungan dekat ini juga nampak pada penghormatan terhadap Soekarno, Presiden pertama RI dan tokoh Asia-Afrika, dengan memakai namanya untuk nama beberapa jalan utama di Pakistan hingga hari ini.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
“Di jalan, di gang ada nama presiden Soekarno di Pakistan, ini bukti kedekatan kita sejak dulu,” katanya dalam wawancara dengan Radio Silaturahim (Rasil) pada program akhir pekan Buka Mata Buka Telinga (BMBT), Ahad (22/03).
Menurutnya, Pakistan dan Indonesia yang tahun kemerdekaannya berdekatan, Pakistan tahun 1940 dan Indonesia tahun 1945, memiliki hubungan historis panjang, terlebih keduanya dikenal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia.
“Kerjasama Indonesia dan Pakistan tidak dapat dilupakan, karena kerjasama dan hubungan baik yang terjalin sejak awal kemerdekaan,” ujar Zahid.
Dia mengatakan, sejak zaman presiden pertama dan sampai saat ini pun, kedua negara tetap berhubungan baik dalam berbagai bidang.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Indonesia dan Pakistan adalah juga dua dari lima negara penggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan, dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18-24 April 1955. di Gedung Merdeka Bandung, dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika serikat, uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Pada akhir dekade 1950-an sampai awal dekade 1970-an Angkatan Bersenjata RI masih mengandalkan sebuah pesawat angkut militer Constellation bantuan Pakistan kepada RI.
Indonesia memilih sahabatnya Pakistan untuk ikut dalam pasukan perdamaian PBB dalam rangka pengembalian Irian Barat kepada Indonesia UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority). UNTEA sesuai Perjanjian New York yang dibidani wartawan senior, Adam Malik. Indonesia dan Belanda memilih negara-negara sahabatnya masing-masing untuk bergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB itu.
Perlu dicatat pula posisi unik Pakistan dalam geopolitik pada masa perang dingin dahulu. Pakistan adalah negara sekutu AS yang anti komunis dan juga negara sahabat China yang komunis. Maka Pakistan yang memegang peranan penting dalam melalui pembukaan hubungan diplomastik kedua negara super power yang secara idologis berlawanan itu.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Peristiwan yang menggemparkan dunia dan telah “mengubah” peta dunia, sebab RRC yang merupakan negara besar sebelumnya “dipencilkan”. Sesudah itu secara politik, China menjadi Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB dan bertumbuh menjadi super power dunia dalam bidang politik, ekonomi dan militer sampai sekarang.
Dalam hubungan ekonomi RI – Pakistan, Pakistan juga merupakan salah satu negara pilihan bagi upaya diversifikasi dan peningkatan eskpor produk non-migas Indonesia, khususnya komoditi CPO, teh, kertas, suku cadang kendaraan bermotor, permesinan, baja dan produk kimia yang saat ini menjadi produk impor utama Pakistan.
Bahkan menurut Syed Zahid Raza, setelah pelaksanaan perjanjian kerjasama Preferential Trade Agreement antara Indonesia dan Pakistan pada bulan September 2013, nilai perdagangan kedua negara telah meningkat secara signifikan.
Dia mengatakan, nilai perdagangan kedua negara memiliki meningkat dua kali lipat, mencapai hingga 2 miliar dollar AS (sekitar 26 triliyun rupiah).
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Dalam pendidikan, menurutnya, juga sangat baik hubungan pendidikan di Indonesia dengan Pakistan.
Seperti yang ia sampaikan saat bertemu dengan Rektor Universita Islam Negeri (UIN) Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada,MA. beberapa waktu lalu.
Raza menambahkan, pemerintahnya mengharapkan adanya jaringan kerja sama antara universitas-universitas Islam di Pakistan dengan universitas-universitas Islam di Indonesia.
Kerja sama tersebut dalam bentuk pertukaran pelajar, pertukaran dosen, pertukaran staf, dan kunjungan profesor tamu, katanya.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Dalam hal bahasa, Pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Karachi, Pakistan, menyebutkan, bahasa Indonesia sangat digemari warga Pakistan. Bahkan, saking tingginya animo warga Pakistan akan bahasa Indonesia, KJRI di Karachi secara berkala menggelar kembali kursus Bahasa Indonesia di sana, sejak November 2013 lalu.
Pesertanya, 18 orang dari berbagai kalangan, termasuk pegawai perusahaan swasta dan pengusaha yang mempunyai hubungan bisnis dengan Indonesia.
Di bidang kemanaan regional, hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang kembali Indonesia.
Karenanya, bertepatan dengan Hari Nasional Pakistan ke-75, kiranya hubungan Pakistan-Indonesia semakin erat, dalam bidang politik, keamanan, pendidikan, budaya, agama dan lainnya. Terlebih karena keduanya berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia. Sehingga dapat terjalin lebih erat lagi hubungan ukhuwah Islamiyyah. Insya-Allah. (P4/P2).
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud
Ali Farkhan Tsani, Penulis Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Duta Al-Quds, Aktivis Aqsa Working Group (AWG), Da’i Jama’ah Muslimin (Hizbullah).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)