Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Alumni Mu’assasah al-Quds ad-Dauly Sana’a Yaman, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Hari ini Jumat, 17 April 2020, menandai secara resmi Hari Tahanan Palestina ke-46. Merujuk pada tanggal 17 April 1974, ketika Dewan Nasional Palestina menetapkannya untuk menghormati pengorbanan para tahanan Palestina. Diperingati hari ini ketika lebih dari lima ribu tahanan warga Palestina saat ini di penjara-penjara Israel.
Banyak dari mereka adalah anak-anak di bawah umur, orang manula dan yang sakit. Sebagian besarnya lagi ditahan tanpa tuduhan atau pengadilan.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Masih ada beberapa gelintir pengacara yang tak kenal lelah dalam mengadvokasi jiwa-jiwa yang dilupakan ini. Ini seperti dicatat oleh intelektual dan penulis Palestina, Ramzy Baroud. Ia belum lama ini menulis kumpulan feature yang diterbitkan MintPress, “Kisah Perjuangan Tahanan Palestina di Penjara-Penjara Israel.” Seperti disebutkan Al Jazeera.
Buku ini memuat dua puluh cerita yang dikisahkan oleh tahanan Palestina. Isinya menawarkan wawasan unik tentang perjuangan mereka, dan bagaimana keluarga mereka menghadapinya.
Semua orang yang bercerita menunjukkan akidah dan karateristik yang kuat. Mereka semua berjuang untuk sebuah ide, cita-cita, dan bersedia kehilangan nyawa mereka sekalipun untuk mempertahankan ide-ide ini.
Sehingga, siapapun yang mengetahui kondisi tahanan di balik jeruji besi penjara-penjara Israel, akan mengatakan “I see you in my heart”. (Aku rasakan engkau di dalam hatiku).
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Begitulah, para intelektual sejati Palestina, wanita dan pria, ibu dan ayah, anak-anak dan remaja, guru, pejuang dan pembela hak asasi manusia, disatukan oleh satu motif tunggal yang melampaui wilayah, agama dan ideologi. Yaitu perlawanan, keberanian sikap dan moral melawan ketidakadilan.
Yang jelas, para tahanan Palestina bukanlah pelaku kejahatan, kriminal apalagi teroris. Mereka justru adalah korban terorisme Negara Israel. Mereka adalah para pejuang dari perjuangan selama puluhan tahun melawan kolonialisme, pendudukan militer dan apartheid Israel yang sudah berurat berakar.
Cerita Tahanan
Menurut sumber-sumber PBB dan Palestina, jumlah warga Palestina yang pernah merasakan penjara Israel sejak 1967, antara 750.000 hingga 800.000 orang. Baik yang berasal dari Tepi Barat maupun Jalur Gaza. Termasuk 23.000 wanita dan 25.000 anak-anak.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Saat ini, ada 5.250 tahanan politik Palestina di Israel, jumlah yang terus bertambah. Tidak hanya karena Israel bersikeras mempertahankan pendudukan militernya. Namun juga karena Palestina terus menuntut hak untuk melawan.
“Pada akhirnya, kami melakukan lebih dari sekedar harapan,” tulis Khalida Jarrar, seorang pemimpin dan tahanan Palestina, dalam kisahnya, “The Cohort of Defiance”.
“Kami juga berevolusi dalam narasi kami, dalam cara kami memandang diri sendiri, penjara dan penjaga penjara. Kami mengalahkan rasa rendah diri dan mengubah dinding penjara menjadi kesempatan,” ujarnya berkisah.
“Ketika saya membayangkan senyum indah di wajah murid-murid saya yang menyelesaikan pendidikan sekolah menengah mereka di penjara, saya merasa bahwa misi saya telah tercapai,” lanjutnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Khalida, wanita, tahanan lainnya, telah tanpa lelah menantang penyiksanya, mendidik generasi perempuan yang tidak diberi kesempatan seperti itu di dalam penjara. Tidak mengherankan, dia dipenjara berulang kali oleh Israel.
Setiap kali dia muncul lebih kuat dalam pernyataannya dan tulisannya. Setiap itu pula penjara menjemputnya. Namun, dia tidak pernah berhenti berbicara dan menulis.
Dima al-Wawi lain lagi. Ia ditangkap dan dipenjara sejak usia 12 tahun. Dia dituduh hendak mencoba menikam seorang pemukim ilegal Israel, dekat pemukiman Karmei Tzur, yang dibangun Israel secara ilegal. Baru hendak mencoba, sudah langsung digaruk.
Tahanan lainnya, Dalia Alkayyali menceritakan kegembiraannya setelah pembebasannya, “Setelah saya dibebaskan, saya kembali ke Sekolah Halhul Martyrs.”
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
“Senang sekali bisa kembali. Saya tidak sabar untuk menyelesaikan pendidikan saya menjadi seorang jurnalis. Saya ingin membawa pesan para tahanan dan penderitaan mereka kepada dunia. Saya ingin menunjukkan kepada dunia bagaimana anak-anak Palestina dianiaya setiap hari oleh pendudukan,” ujarnya.
Israa Ja’abis, seorang wanita muda dalam tahanan, lain lagi ceritanya. Lebih menyayat, seperti disampaikan saudara perempuannya, Mona.
“Kekerasan dari penjajah membuat wajah dan tubuhnya terluka, jari-jarinya diamputasi. Tapi itu semua tidak mematahkan semangatnya,” tulis Mona.
Ya, cerita Khalida, Dima, Dalia, Israa, dan lainya, adalah ragkaian kisah perjuangan yang sama. Kisah-kisah mereka adalah uraian tentang narasi yang sama, yaitu kisah para penentang penjajahan. Mereka fisiknya memang terpenjara oleh kebebasan. Namun itu semua demi kebebasan seluruh rakyat Palestina.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Terlepas dari perbedaan ideologis para tahanan. Ada yang dari gerakan politik Fatah, lainnya dari Hamas, dan Jihad Islam. Namun yang tampak hebat di antara ketiga kelompok itu adalah tingkat persatuan dalam narasi masing-masing ketika menyangkut masalah perlawanan, baik di dalam atau di luar penjara. Itu semua bagian dari perlawanan Palestina secara keseluruhan.
Pembebasan Tahanan
Pada peringatan Hari Tahanan Palestina, 17 April 2020. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan tekadnya tentang pentingnya pembebasan warga Palestina yang ditahan oleh Israel.
Abbas mengatakan, pembebasan tawanan politik di penjara-penjara Israel menjadi prioritas rakyat dan pimpinan Palestina.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
“Masalah tawanan akan tetap menjadi prioritas utama meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi. Hal ini untuk menegakkan keadilan dan hak dasar masyarakat kita,” kata Abbas seperti dikutip dari Kantor Berita MINA.
https://minanews.net/presiden-abbas-berbicara-di-hari-tawanan-palestina/
Abbas kembali menegaskan, tidak akan menyetujui segala kesepakatan dengan Israel selama semua tahanan politik Palestina belum dibebaskan.
Ia menyebut, para tahanan sebagai pejuang kemerdekaan, “mereka rela mengorbankan bertahun-tahun waktunya hidup di dalam penjara untuk rakyat, kebebasan, kemerdekaan dan berdirinya negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya”.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
Abbas juga menyerukan masyarakat internasional dan semua yang peduli dengan hak asasi manusia, untuk lebih menekan Israel agar tunduk kepada prinsip-prinsip hukum internasional mengenai perlindungan dan kesehatan para tawanan, apalagi saat ini masa wabah pandemi virus Corona (Covid-19).
“Kami tidak akan meninggalkan para tawanan heroik kami dan keluarga mereka, dan kami akan terus melakukan segala yang diperlukan untuk memberi mereka kehidupan yang layak,” tekadnya.
Tekad senada disampaikan Pimpinan Gerakan Perlawanan Islam Hamas di Jalur Gaza, yang menyatakan, “Masalah tahanan adalah salah satu prioritas tertinggi kami dalam fase sensitif saat ini,” ujarnya.
Ini seperti disampaikan Juru bicara Abdul Latif Al-Qanoua, pada Hari Tahanan Palestina, hari Jumat, 17 April 2020.
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
Ia menekankan, “Pembebasan para tahanan adalah kesepakatan bersama, dan kami berkomitmen untuk itu, dan kami akan bekerja keras dengan segala cara dan kemampuan, dan kami akan menggunakan semua energi untuk membebaskan mereka semua.”
https://minanews.net/hamas-israel-belum-ambil-langkah-pertukaran-tahanan/
Menggugah Kemanusiaan
Siapapun yang masih punya nilai kemanusiaan, tentunya wajib peduli atas masalah tahanan pada masa pandemi saat ini. Jangan sampai juga mengabaikan hak-hak tahanan.
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Ini seperti dikhawatirkan Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) yang memprotes kegagalan Layanan Penjara Israel untuk memperhatikan kesehatan tahanan.
Tempat yang sempit, berdesakan lebih dari lima tahanan dalam satu ruangan sempit, layanan makanan sehat, kebersihan ruangan dan pengecekan medis. Semua harus menjadi tanggung jawab pihak pengelola penjara. Tidak boleh mengabaikannya, karena bertentangan dengan semua hukum humaniter internasional.
Saatnya juga menggugah LSM-LSM hak asasi manusia internasional, untuk terjun langsung terlibat dalam hal ini. Terutama melihat kondisi anak-anak di bawah umur, para wanita, usia lanjut dan tahanan yang sakit berat.
Semoga para tahanan pejuang Palestina segera bebas dan dapat menikmati kebebasan asasinya sebagai manusia. Dan pendudukan Zionis Israel segera hengkang dari tanah jajahannya. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)