Beijing, MINA – China untuk sementara melarang masuknya turis dari beberapa negara Eropa yang terdampak serius virus corona, seperti Inggris, Belgia dan Prancis.
“Karena pandemi Covid-19, Cina telah memutuskan untuk sementara waktu menangguhkan masuknya warga negara non-China di Inggris yang memiliki visa atau izin tinggal yang masih berlaku pada saat pengumuman ini,” kata Kedutaan Besar China di Inggris dalam sebuah pernyataan. Daily News melaporkan, Kamis (5/11).
“Kedutaan Besar dan Konsulat China di Inggris tidak akan lagi mengeluarkan Formulir Pernyataan Kesehatan Bersertifikat untuk personel yang disebutkan,” lanjutnya.
Termasuk Cina memasukkan warga negara non-Cina dari negara lain yang menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi, yaitu India dan Filipina.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Pengumuman itu datang saat Inggris memasuki lockdown kedua untuk tahun ini, yang ini berlangsung empat pekan dan mulai Kamis (5/11).
Dengan lebih dari satu juta kasus dan sekitar 48.000 kematian, itu adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia.
“Pemegang visa diplomatik dan dinas akan tetap diizinkan masuk,” ujarnya.
“Warga negara asing yang mengunjungi Cina untuk kebutuhan darurat dapat mengajukan visa di Kedutaan Besar atau Konsulat China,” kata pernyataan kedutaan.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Pernyataan serupa keluar dari kedutaan besar di Belgia, dengan tingkat infeksi per kapita tertinggi di Eropa, dan di Filipina, yang telah mengkonfirmasi jumlah kasus tertinggi di Asia Tenggara.
Kematian melonjak di Inggris dan Prancis, mendekati angka musim semi, bersama dengan rawat inap terkait Covid-19.
Langkah tersebut sejalan dengan protokol pengujian yang lebih ketat untuk orang-orang yang datang dari beberapa negara lain.
“Kami prihatin dengan mendadaknya pengumuman dan larangan masuk, dan menunggu klarifikasi lebih lanjut tentang kapan itu akan dicabut,” kata Kamar Dagang Inggris di Cina.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Pejabat Cina menyebutnya sebagai “tindakan sementara” murni berdasarkan perubahan dalam perjalanan pandemi,” kata Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina.
“Ini wajar dan konsisten dengan praktik internasional, dan saya yakin orang-orang dapat memahaminya,” ujarnya. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel