CEMBURU.jpg" alt="" width="511" height="511" border="0" />Oleh Septia Eka Putri*
Cemburu itu fitrah manusia, setiap insan diberikan rasa cemburu. Namun sebagian manusia ada yang tidak mudah cemburu dan itu adalah hal yang normal saja. Sebenarnya, setiap perasaan cemburu itu bisa tumbuh menggelegar dari diri kita. Perasaan cemburu bukanlah identik dengan hal yang negatif saja, bahkan adakalanya perasaan ini bisa menjadi suatu yang positif. Cemburu yang positif adalah CEMBURU PADA KEBAIKAN.
Manusia diciptakan Allah, terlahir kedunia bersifat sementara. Bahkan dalam hidup ini pun, kita hanya mempunyai waktu 3 hari. Hari kemaren, hari ini, hari yang akan datang. Setiap manusia hanya punya sedikit dan bahkan sangat sedikit waktu dalam hidupnya. Karena itu, berusahalah dari waktu ke waktu untuk selalu memanfaatkan hari ini dengan sebaik-baiknya, sebab kita tidak tahu kapan waktu kematian itu akan datang.
Semua masih dialam ghaib yang sudah dikemas oleh Allah SWT. Sifat cemburu itu sesungguhnya bisa melalaikan kita. Sifat cemburu akan menjadi sia-sia bila ia ditujukan pada keburukan. Di sisi lain, cemburu kepada setiap kebaikan, tentu lebih utama dan memberikan berbagai dampak positif. Tak bisa dipungkiri, cemburu merupakan fitrah setiap manusia yang bila tak dikelola dengan baik maka akan membuat si empunya terkadang mati rasa alias tidak peka. Tapi ketahuilah, itu tidak berlaku jika rasa cemburu itu ditujukan kepada hal-hal yang baik dan positif.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Cemburu, adalah sebuah rasa yang Allah SWT hadirkan sebagai suatu bentuk ujian pada manusia. Sama seperti cinta, sakit, dan luka. Yang namanya perasaan pasti berada di bawah kendali manusia. Memilih untuk diikuti, berarti cemburu yang menguasai kita, atau memilih untuk dikelola berarti cemburu berada di bawah kekuasaan kita.
Sejatinya ada dua jenis cemburu, yaitu cemburu yang Allah SWT sukai dan cemburu yang tidak Allah sukai. Rasulullah bersabda, “Rasa cemburu ada yang disukai Allah dan ada pula yang tidak disukai-Nya. Kecemburuan yang disukai Allah adalah yang disertai alasan yang benar. Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar (cemburu buta).” (HR. Abu Daud).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah cemburu, orang beriman cemburu, dan cemburu-Nya Allah jika seorang Mu’min melakukan apa yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Imam Ahmad, al-Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Rasulullah SAW sendiri tidak akan membiarkan jika cemburu itu mendorong perbuatan yang diharamkan seperti mengghibah. Aisyah ra berkata, “Wahai Rasulullah, cukup bagimu Shafiyyah, dia itu begini dan begitu (pendek).” Rasulullah SAW berkata, “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata, yang seandainya dicampur dengan air laut, niscaya akan dapat mencemarinya.” (HR Abu Dawud).
Ketika mendapatkan Shafiyyah menangis, Nabi SAW bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Shafiyyah menjawab, “Hafshah mencelaku dengan mengatakan aku putri Yahudi.” Nabi berkata menghiburnya, “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau adalah istri seorang nabi. Lalu bagaimana dia membanggakan dirinya terhadapmu?” Kemudian beliau menasihati, “Bertakwalah kepada Allah, wahai Hafshah.” (HR. An Nasa’i).
Sa’ad bin Ubadah ra berkata, “Seandainya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebas pria itu dengan pedang.” Nabi SAW bersabda, “Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu dari pada Sa`ad dan Allah lebih cemburu daripadaku.” (HR. Bukhari Muslim).
Masya Allah, cemburu dan cemburu, mari kita fikirkan dan renungkan, apa yang membuat kita cemburu pada suatu kebaikan, maupun keburukan? Tapi cemburulah pada kebaikan yang dapat mengantarkan kita kepada Ridha Allah SWT. Cemburu adalah hal yang wajar saja. Allah SWT pun punya cemburu, Rasulullah SAW pun punya cemburu, apa lagi kita makhluk yang lemah ini.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Orang yang Pantas Dicemburui
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang: seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Qur’an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan al-Qur’an)nya dan berkata: “Duhai kiranya aku diberi (pemahaman al-Qur’an) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Qur’an) seperti yang diamalkannya. Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya.” (HR. Al-Bukhari).
Coba perhatikan dan renungkan hadis di atas dengan seksama. Rasulullah SAW menyebutkan dua golongan manusia yang pantas untuk dicemburui, yaitu orang yang memahami al-Qur’an dan mengamalkannya serta orang yang memiliki harta dan menginfakkannya di jalan Allah.
Kesimpulannya, termasuk orang yang pantas dicemburui, bahkan kecemburuan tersebut dipuji dalam Islam adalah orang yang memiliki kelebihan dalam harta tapi dia selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah. Karena kecemburuan ini dapat menjadi motivasi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan yang diperintahkan dalam agama.
Allah SWT berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (Qs. al-Baqarah: 148).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Jadi, cemburu dan iri kepada kelebihan harta yang dimiliki seseorang bukan karena kelebihan harta yang dimilikinya semata-mata, akan tetapi karena motivasi kebaikan besar yang dimilikinya dengan banyak membelanjakan hartanya di jalan Allah. Inilah sebaik-baik harta yang dimiliki oleh orang yang beriman. Hadis riwayat Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan.” (HR. Muslim No. 4959). Yakni Allah Taala cemburu ketika mukmin tersebut melakukan tindakan yang dilarang (diharamkan) atau melakukan perbuatan keji.
Jadi, karena dunia ini fana dan hidup kita terlampau singkat, sudah sepatutnya rasa cemburu itu kita tujukan hanya kepada kebaikan yang kelak akan mengantarkan kepada ridha Allah SWT. Bukan sebaliknya cemburu buta kepada perbuatan yang diharamkan dan dimurkai Allah SWT, nauzubillah. Walahu’alam.(T/Putri/R2)
*Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat