Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produktif adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dalam jumlah besar dan maksimal. Dalam konteks pekerjaan, produktivitas mengacu pada kemampuan seseorang, tim, atau organisasi untuk bekerja secara efisien dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam Islam, produktivitas bukan hanya diukur dengan hasil yang besar secara fisik, namun juga tentang kebermanfaatannya dalam setiap aspek kehidupan, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain.
Kebermanfaatan juga bukan hanya diukur dalam kehidupan dunia, namun juga untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi, selama-lamanya. Artinya diperlukan amal yang ikhlas karena Allah Ta’ala, didedikasikan untuk perjuangan dan dakwah.
Allah Ta’ala berfirman:
Baca Juga: Etos Kerja
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ (الحشر[٥٩]: ١٨)
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59]: 18).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, dalam tafsirnya menjelaskan maksud dari مَّا قَدَّمَتْ adalah segala perbuatan yang telah ia lakukan di masa lalu, dan لِغَدٍ adalah masa depan, yakni hari akhirat, yakni berfikir, amal apa yang akan kita bawa untuk menghadap Allah Ta’ala di Yaumil Hisab nanti.
Para ulama salaf merupakan sosok yang mampu memberi contoh bagaimana kehidupan mereka sangat produktif menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi umat.
Baca Juga: Man Jadda Wa Jada
Berikut adalah beberapa ulama yang dikenal sangat produktif dalam menghasilkan karya untuk umat:
Ibnu Qutaibah Dinawari (213-276 H). Beliau adalah seorang polimatik (memiliki wawasan sangat luas) memiliki sekitar 300 karya. Beliau hidup selama 63 tahun.
Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (224-310 H). Ath-Thabari adalah penulis dua karya ensiklopedi besar, yaitu tafsir Alquran dan sejarah dunia. Beliau menghabiskan empat puluh tahun untuk menulis empat puluh halaman setiap hari dan hidup selama 86 tahun.
Ibnu Hazm (384-456 H). Ia dikenal dengan 400 karya yang komprehensif tentang yurisprudensi perbandingan. Beliau hidup selama 72 tahun.
Baca Juga: Pentingnya Empati
Abul Wafa Ibn Aqil (431-513 H). Beliau menulis sekitar 400 karya, termasuk Kitab Al-Funun yang mencakup delapan ratus volume. Beliau hidup selama 82 tahun.
Ibnu Al Jauzi (510-597 H). Ibnu Al Jauzi adalah ulama yang karyanya diperkirakan sekitar 300 buah. Beliau hidup selama 87 tahun1.
Ibnu Taimiyah (661-728 H). Menurut Imam Adz Dzahabi, Ibnu Taimiyah menulis sekitar 500 karya. Beliau hidup selama 67 tahun.
Jalaluddin As Suyuthi (849-911 H). Imam Jalaluddin As Suyuthi adalah polimatik yang banyak menulis, dengan beberapa memperkirakan jumlah karyanya mencapai 600. Beliau hidup selama 62 tahun.
Baca Juga: Program Akselerator Dukung Generasi Baru Startup Halal Berdampak Dimulai 6 Januari 2025
Imam An-Nawawi (631-676 H). Imam An-Nawawi mulai menulis kitab pada usia 25 tahun dan terus menulis hingga wafat pada usia 45 tahun. Dalam 20 tahun, beliau menulis banyak karya yang menjadi rujukan penting dalam madzhab Syafi’i. Tidak kurang dari 115 kitab yang beliau tulis.
Syekh Wahbah Zuhaili (1932-2015 M). Beliau adalah ulama fiqih kontemporer yang menulis banyak karya, termasuk “Fiqhul Islami wa Adillatuhu”. Beliau hidup selama 83 tahun. Beliau menulis sedikitnya 133 buku.
Lalu, bagaimana cara agar menjadi manusia produktif, bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, dalam kehidupan dunia dan akhirat:
1. Niat yang Ikhlas. Segala aktivitas yang kita lakukan harus dimulai dengan niat yang ikhlas untuk mencari rida Allah Ta’ala. Niat yang tulus akan menuntun kita pada jalan kebaikan dan keistiqamahan dalam menunaikan amalan-amalan yang bermanfaat sehingga tetap produktif.
Baca Juga: Berkah
2. Berdoa dan Memohon Pertolongan Allah. Doa adalah senjata utama seorang muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk selalu berdoa agar diberikan ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima. Salah satu doa yang diajarkan adalah:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik (dan halal), dan amalan yang diterima.” (HR. Ahmad).
3. Muhasabah. Muhasabah merupakan bagian dari syariat yang tidak boleh dilalaikan. Barang siapa lalai darinya, maka sesungguhnya ia telah melampaui batas, lalai dari berdzikir, memperturutkan hawa nafsunya dan menjerumuskan diri dalam kebinasaan.
Ketika menjelaskan surah Al-Hasyr [59] ayat 28 di atas, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menyatakan, ayat di atas adalah petunjuk, bahwa setiap orang harus selalu mengintrospeksi diri, meneliti kekeliruan, kesalahan, dan perbuatan maksiatnya sehingga dapat segera melepaskan diri darinya, bertaubat dan berpaling dari berbagai hal yang mengantarkan pada dosa dan murka Allah Ta’ala.
Baca Juga: Yayasan Askara Luncurkan Program Pelatihan Keterampilan Tata Boga di Rumah Gizi Bandung
4. Merencanakan Aktivitas Harian. Menuliskan aktivitas harian dengan hal-hal yang bermanfaat adalah langkah penting untuk menjadi produktif. Dengan perencanaan yang baik, kita dapat fokus pada tugas-tugas yang penting dan menghindari kesibukan yang tidak produktif2.
5. Fokus pada Satu Tugas. Orang yang produktif cenderung fokus pada satu tugas hingga selesai sebelum beralih ke tugas berikutnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Al-Insyirah: 7)
Jadi, manusia produktif dalam perspektif Islam adalah tentang menciptakan kebermanfaatan dalam setiap aspek kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan niat yang ikhlas, doa, perencanaan yang baik, fokus, dan evaluasi, kita dapat menjalani kehidupan yang produktif dan penuh berkah.[]
Baca Juga: Apa Itu Cash Flow? Pengertian, Jenis, dan Dampaknya
Mi’raj News Agency (MINA)