Beijing, MINA – Cina melarang pengguna internet di negara itu menggunakan kata-kata anti-Islam untuk mencela umat Islam, media pemerintah Globe Times melaporkan, Kamis (21/9).
Pihak berwenang Cina telah memblokir setiap kata atau istilah yang dapat membuat informasi mengenai Islam terdistorsi, bias, dan tidak berimbang.
Cina memiliki lebih dari 21 juta Muslim, mayoritas orang etnis Uyghur di Provinsi Xinjiang dan Hui di Provinsi Ningxia, menurut data tidak resmi.
“Istilah-istilah Islamofobia yang dibuat oleh pengguna Internet Cina untuk menstigmatisasi umat Islam telah diblokir oleh pihak berwenang di media sosial Cina, meskipun ada kritik dari warganet bahwa larangan tersebut secara terang-terangan menguntungkan kaum minoritas Muslim,” kata laporan Global Times, media yang dikelola negara.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Cina saat ini melakukan tindakan keras secara besar-besaran terhadap Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) di Provinsi Xinjiang, tempat etnis Uygur yang mayoritas resah atas meningkatnya pemukiman masyarakat Han, kelompok etnis mayoritas yang mencakup 90% dari populasi negara tersebut.
Pemerinta di Beijing menuduh ETIM dalang di balik sejumlah serangan teroris di Xinjiang dan bagian lain Cina. Laporan dari provinsi tersebut mengatakan sejumlah besar pemuda bergabung bersama ISIS di Suriah.
Sebagai hasil dari larangan tersebut, pencarian untuk ‘agama hijau’ dan ‘agama damai’, yang sering digunakan oleh pengguna internet untuk merujuk pada Islam dan untuk menghindari penyensoran pidato daring yang tidak tepat, tidak muncul di Weibo (Twitter versi Cina), kemarin, kata laporan tersebut.
“Penghinaan terhadap Islam juga diblokir di mesin pencari Weibo,” ujar Global Times.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Cina yang memiliki populasi internet yang berkembang pesat melebihi 700 juta orang, menggunakan firewall (sistem keamanan jaringan komputer) masif untuk memblokir setiap konten yang bersebrangan atau tdak segaris dengan kepentingan pemerintah dan Partai Komunis Cina yang berkuasa.
Media sosial internasional seperti Twitter, Facebook, dan juga Google diblokir dengan firewall.
“Ketidakpuasan dan ketakutan umat Islam telah meningkat di internet Cina dalam beberapa tahun terakhir. Para pengadu menargetkan kebijakan diskriminasi afirmatif pihak berwenang Cina terhadap etnis minoritas, terutama kelompok Muslim,” kata laporan tersebut.
Larangan itu terjadi setelah sebuah perkelahian yang melibatkan orang-orang Muslim di sebuah pintu tol menjadi viral. Warganet membanjiri akun Weibo resmi pemerintah kota Tangshan dengan keluhan tentang perlakuan pilih kasih negara terhadap Muslim atas dalih stabilitas sosial.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Sejumlah pakar menyambut baik langkah pemerintah dalam menjaga keharmonisan kehidupan beragama dengan memblokir konten-konten yang mencela dan mendiskreditkan Islam.
“Penting untuk menghilangkan frasa radikal yang mendiskriminasikan Islam dan bias terhadap umat Islam untuk mencegah kebencian daring yang memburuk terhadap kelompok tersebut. Ungkapan-ungkapan seperti itu sangat merusak keharmonisan agama dan persatuan etnik,” ujar Xiong Kunxin, seorang profesor di Universitas Minzu di Beijing.
“Memblokir ungkapan semacam itu bukanlah pelanggaran kebebasan berekspresi rakyat karena kebebasan harus mematuhi peraturan dan undang-undang Cina yang terkait,” kata Xiong kepada Global Times.
“Beberapa pengguna internet salah memahami kebijakan etnik China, menyebutnya ‘tidak adil’ kepada mayoritas orang Han,” kata dia.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Meski secara resmi menganut ateis, Cina juga melindungi hak warga untuk mempraktikkan agama mereka. Pemerintah membantu 12.800 Muslim menunaikan ibadah haji ke Mekah tahun ini dan menutup jalan-jalan untuk memberikan kenyamanan bagi umat Islam merayakan shalat Ied, kata laporan tersebut. (T/R11/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)