Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cut Nyak Dien, Ibu Perbu Orang Sumedang

Arif Ramdan Editor : Rudi Hendrik - Senin, 12 Agustus 2024 - 11:24 WIB

Senin, 12 Agustus 2024 - 11:24 WIB

22 Views

Makan Pahlawan Nasional dari Aceh, Cut Nyak Dien

CUT Nyak Dien adalah pahlawan wanita Aceh yang mendapat julukan Srikandi Indonesia. Ia merupakan anak dari Teuku Nanta Setia, lahir pada tahun 1848 M.

Suami Cut Nyak Dien yang pertama Teuku Ibrahim dari Lamnga, anak dari Teuku Abas Ujung Aron. Dari pernikahan dengan Ibrahim, dikaruniai anak perempuan bernama Cut Gambang. Suami Cut Gambang bernama Teuku Mayet Ditiro, keduanya syahid saat berperang melawan Belanda.

Cut Nyak menikah lagi dengan Teuku Umar Johan Pahlawan. Pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar syahid ditembak saat berperang melawan Belanda.

Cut Nyak Dien meneruskan jihad melawan Belanda. Ia bersama pasukan bergerilya dalam masa peperangan, perlawanan Cut Nyak Dien sangat merepotkan tentara Kompeni saat itu.

Baca Juga: Imaam Yakhsyallah: Allah Melaknat Manusia Dengan Empat Cara

Perlawanan panjang Cut Nyak terhadap Belanda diakhiri dengan pengkhianatan Panglaot, panglima perang. Ia merasa tidak tega melihat kondisi fisik Cut Nyak yang sakit-sakitan di hutan.

Panglaot  melaporkan keberadaannya ke pihak musuh. Pada tanggal 6 November 1905 Cut Nyak ditangkap, Belanda mengasingkan Cut Nyak Dien ke Sumedang pada tanggal 11 Desember 1906.

Setelah penangkapan tersebut, ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, sebuah tempat yang jauh dari kampung halamannya. Di sinilah, Cut Nyak Dhien menghabiskan sisa hidupnya hingga berpulang pada 6 November 1908.

Kini, makamnya di Sumedang menjadi situs bersejarah yang dihormati dan sering dikunjungi, sebagai penghormatan atas pengorbanannya yang tak ternilai.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Akhir Pekan: Sebagian Wilayah Jakarta Akan Hujan 

Diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1964, Cut Nyak Dhien meninggalkan warisan yang luar biasa bagi bangsa ini. Kisah hidupnya yang penuh keberanian dan pengorbanan menjadi teladan yang tak lekang oleh waktu.

Ia bukan hanya simbol perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajahan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi seluruh bangsa Indonesia untuk terus memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan.

Semangat juang Cut Nyak Dhien hidup dalam berbagai karya seni, mulai dari film, buku, hingga puisi, yang menggambarkan keteguhan hatinya dalam melawan penindasan. Hingga hari ini, ia dihormati sebagai salah satu pahlawan wanita terbesar dalam sejarah Indonesia, yang keberaniannya akan terus dikenang oleh generasi penerus.

Selama di Sumedang, Cut Nyak dirawat oleh ulama, penghulu, pengurus Masjid Agung Sumedang Kiyai Haji Sanusi. Atas perintah dari Pangeran Aria Suria Atmaja atau dikenal dengan sebutan Pangeran Mekkah anak dari Pangeran Aria Kusumah Adinata

Baca Juga: Beberapa Wilayah di Jateng Diprediksi Hujan Ektrem pada 8-9 September

Ketika Kiyai Sanusi meninggal tahun 1907, Cut Nyak kemudian dirawat oleh Haji Husna anak Kiyai Sanusi. Cut Nyak juga ditemani oleh Siti Khadijah yang juga anak Kiyai Sanusi.

Selama di Sumedang, Cut Nyak Dien hanya berkomunikasi memakai bahasa Arab. Keluarga Sanusi, Husna dan Khadijah pandai berbahasa Arab karena mereka merupakan tokoh-tokoh Islam di Sumedang.

Cut Nyak Dien wafat pada tanggal 6 November 1908. Dikuburkan di kompleks makam Keluarga Haji Husna di Gunung Puyuh, Sukajaya, Sumedang Selatan. Lokasi makam bersebelahan dengan dengan kuburan raja-raja Sumedang.

Masa sebelum tahun 1950, masyarakat Sumedang tidak mengetahui Cut Nyak adalah pejuang dari Aceh. Mereka hanya tahu Ibu Perbu yang mengajar ngaji dan ajaran Islam untuk warga Sumedang.

Baca Juga: Peringatan Setahun Kasus Rempang, Warga Gelar Doa Bersama

Tahun 1948 setelah Haji Husna meninggal baru diketahui bahwa makam Ibu Perbu ternyata pejuang dari Aceh, Cut Nyak Dien.

Untuk pertama kali, pada tahun 1962 Raden Oemar Sumantri, anak dari Siti Khadijah, yang setia mendampingi Cut Nyak Dien, mengadakan upacara resmi penghormatan atas jasa pahlawan Cut Nyak Dien.

Tahun 1972 makam Cut Nyak Dien direnovasi oleh Pemda Sumedang. Lalu pada tahun 1987 Bustanil Arifin bersama Gubernur Aceh Ibrahim Hasan merenovasi kembali dan mendirikan meunasah [mushala] di kompleks Makam Cut Nyak Dien. []

Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: LTM PBNU Gelar Pelatihan Digital untuk 400 Takmir Masjid Se-Jabodetabek

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Feature
Sosok
Internasional
Palestina
Internasional