DAI PAPUA: SALING MENYERANG BUKANLAH AKHLAK ISLAM

Sisa-sisa pembakaran komplek kios di Kec. Karubaga, Kab. Tolikara, Papua, Jumat 17 Juli 2015. (Foto: Nur Ikhwan Abadi/MER-C/MINA)
Sisa-sisa pembakaran komplek kios di Kec. Karubaga, Kab. , , Jumat 17 Juli 2015. (Foto: Nur Ikhwan Abadi/MER-C/MINA)

Jakarta, 17 Syawal 1436/2 Agustus 2015 (MINA) – Seorang dai yang berdakwah ke Papua mengatakan, sikap saling menyalahkan dan saling menyerang bukanlah .

Hal itu disampaikan di Jakarta, Sabtu (1/8), ketika menyinggung tentang sikap umat Islam di Papua terkait insiden di Kabupaten Tolikara pada Hari Raya Idul Fitri lalu, di mana shalat Id jamaah Muslimin diserang massa Kristen Gereja Injili Di Indonesia (GIDI).

“Tempur, saling gasak, saling serang adalah hukum jahiliyah. Saling serang dan saling menyalahkan bukanlah akhlak Islam, tapi akhlak jahiliyah,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di sela-sela acara halal bihalal sekelompok komunitas pendengar radio Islam.

Dai pakar sejarah Islam itu belum lama kembali dari berdakwah di lingkungan PT. Freeport di Papua.

Dia mengatakan, ketika peristiwa Tolikara terjadi, banyak terdapat umat Islam di wilayah Papua lainnya seperti di Jayapura dan Wamena.

“Tapi Alhamdulillah, umat Islam bisa meredam kemarahannya,” ujarnya.

Seorang dai ternama asli putra Papua, Fadlan Garamatan, mengungkapkan dalam surat terbukanya kepada GIDI, jumlah Muslim di Papua ada sekitar 40 persen dari jumlah penduduk Papua.

“Atas ulah kalian (GIDI), kami jadi tahu data sebenarnya jumlah total kaum Muslimin di Papua sana adalah 40% , populasi yang cukup membalikkan asumsi kebanyakan orang selama ini Papua hampir identik Kristen atau diklaim Kristen,” tulis Fadlan dalam surat terbukanya yang disebarkan melalui WhatApps. (L/P001/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0