Perkembangan jumlah muslim di Jepang saat ini, ternyata membawa angin segar bagi bisnis makanan halal (Halal Food).
Uda Joni, merupakan satu dari beberapa pengusaha Indonesia yang mampu menangkap peluang ini dengan baik. Bermula dari menjual hanya 10 kilogram beras, itupun dibelinya dari supermarket, kini ia mampu menjual hingga 3-4 ton beras perbulannya.
“Saya hanya terpikir, betapa mahalnya beras yang harus dibeli oleh orang Indonesia”, papar pria bernama lengkap Joni Firdaus Harmaini kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA). Menurutnya, kesulitan masih berlanjut saat harus membawanya ke rumah lantaran beratnya.
Naluri bisnis yang dibawanya sejak di tanah air terpanggil, ia merasa itu adalah peluangnya mendapatkan pundi-pundi laba yang berkah.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Menurut Joni, 10 bulan silam adalah langkah awalnya menjalankan bisnis ini. Dimulai dari mencari toko yang murah, ia berkeliling sekitar Tokyo agar usahanya tak mengalami hambatan pasokan.
“Kemudian tiga bulan yang lalu, saya ketemu teman sesama muslim yang menawarkan agar saya berjualan beras sebagai produk yang jelas halalnya”, ujar Joni. Menurutnya, mereka mengenalnya sebagai muslim lantaran wajahnya berhias jenggot dan terkadang menggunakan kopiah dalam kesehariannya. Identitas keislaman itulah yang membuka jaringan bisnis “Halal Food” di negeri Sakura tersebut.
Seiring dengan meningkatnya permintaan akan pasokan berasnya, Joni mengalihkan sumber pasokannya dari toko menjadi pengimpor beras dari luar jepang.
“Beras itu impor dari negara China, tetapi modal pupuk dan bibitnya dari negara Jepang”, ujarnya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Kini, quota beras yang dijualnya bukan lagi sedikit. “Rasa-rasanya, untuk ukuran orang Indonesia di Jepang ini baru saya yang mampu menjual beras hingga 3-4 tons perbulannya”, ujar Joni dengan riang.
Prestasi itu menurut Joni dicapainya hanya dalam waktu tiga bulan proses penjualan. Bahkan ia pernah menjual 1 ton beras hanya dalam tempo 1 minggu saja.
Joni ternyata bersedia membagikan rahasia tips bisnisnya. “Yang jelas karena beras adalah makanan pokok, sehingga saya tidak ragu memulainya”, ujar Joni mantap.
Selain itu, guna membantu para pekerja asal Indonesia di Jepang, Joni mempermudah proses pembayaran secara tempo. “Boleh bayar di akhir bulan pas gajian”, ujarnya seraya tersenyum.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Dari sistem itu, usaha Joni sebagai pemasok beras mulai dikenal luas. “Alhamdulillah, akhirnya para pedagang kecil hingga besar mengenal dan membeli kepada saya”, katanya.
Kini, komoditas yang dijualnya tak hanya beras. Berbagai kebutuhan konsumsi rumah tangga, ada dalam daftar produk jualannya. “Dari bumbu dapur hingga komoditas pertanian, sudah saya siapkan”, katanya.
Bahkan dalam waktu dekat, ia juga akan menyediakan daging ayam, daging sapi, tempe, sosis dan bakso. Beberapa produk asli Indonesia juga sudah diedarkannya di negeri para samurai ini. “Ada produk mie instan, kecap hingga bumbu-bumbu instan”, kata Joni.
Namun ia menyayangkan, untuk komoditas pertanian Indonesia kalah bersaing. “Hasil pertanian seperti Langkuas, Kulit Manis, Duriaan, Kemiri, Cabe dan lainnya lebih banyak berasal dari Thailand. Sedangkan Nanas dan Pisang dari Philipina”, kata Joni.
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng
Penyebabnya, Joni memperkirakan adalah dari faktor biaya transportasi. “Thailand dan Philipina mendapatkan biaya transport lebih murah, sehingga pengusaha mereka mudah menjual komoditas asal negaranya”, ujar Joni.
Menurutnya, pemerintah mereka mendukung dengan cara memberikan harga murah karena menggunakan maskapai penerbangan milik pemerintah.
Prospek Halal Food
Menurut Joni, untuk saat ini ia merasakan angin segar bagi perkembangan bisnis “Halal Food” di Jepang semakin baik. Pemerintah Jepang dan beberapa lembaga terkait sangat serius memperhatikan hal ini. Namun ia tak menampik, bahwa ada sebagian muslim yang masih menyepelekan syariat Islam dengan membeli daging ayam dan sapi yang tidak halal.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Halal yang saya maksud adalah berdasarkan aturan syariat Islam, yakni agar daging ayam dan sapi yang hendak dikonsumsi haruslah disembelih dengan menyebut nama Allah,” kata Joni menerangkan.
Sementara produk pabrikan, menurutnya harus ada jaminan sertifikasi halal dari lembaga penjamin kehalalan.
Joni menjelaskan, bahwa untuk mendapatkan makanan halal di Jepang saat ini memang belum begitu mudah. Hanya di toko-toko tertentu saja, ada juga yang mendapat dari Toko Online atau penjualan langsung di kota atau pedagang keliling.
“Saya pikir, jika kita umat Islam peduli dengan kehalalan makanan kita pasti akan semakin banyak makanan halal yang datang”, ujar Joni mantap. Ia mengungkapkan, bahwa di Jepang hampir setiap satu hari ada saja penduduk asli Jepang yang bersyahadat masuk Islam. “Bukankah ini prospek yang sangat baik?” pungkas Joni (L/P012/R11)
Baca Juga: Wapres: Ekonomi Syariah Arus Baru Ketahanan Ekonomi Nasional
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)