Jawa Timur, MINA – Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Timur (DDII Jatim) mewisuda 34 mahasantri yang terdiri 20 putra dan 14 putri di lapangan basket Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Jatim, Ponpes eLKISI Mojokerto, Senin (1/8).
Direktur ADI Jatim, ustaz Hairul Warizin mengatakan, bahwa para mahasantri yang diwisuda telah lulus dari sembilan kompetensi.
“DDII Jatim patut berbahagia. “Mereka siap diterjunkan ke masyarakat untuk melaksanakan pengabdian dakwah selama satu tahun. Ada juga di antara mereka yang akan meneruskan jenjang studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir di Jakarta,” kata Hairul didampingi Wakil Direktur ADI Jatim Ustaz Ainur Rofiq dan Ustaz Arif Setyawan.
Hairul menjelaskan, sembilan kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh para wisudawan adalah hafal Alquran minimal tiga juz, hafal hadist Arba’in dan sekitar 150 hadist pilihan (maudhui), kemampuan menjadi khatib dan imam shalat, tahsinul Quran, mengajarkan Alquran, keterampilan dalam thibbun Nabawi, perawatan jenazah, serta penguasaan seni bela diri.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
Ketua DDII Jatim, KH Fathur Rohman menyatakan, setelah prosesi wisuda, para mahasantri tidak serta merta bisa mendapatkan predikat dai. Mereka masih harus ditempa lagi melalui proses berdakwah di masyarakat secara langsung.
Fathur berharap, dengan penempaan itu para mahasantri mampu menjadi dai yang mampu mengamalkan ilmu dan memberikan pencerahan kepada umat.
“Kalian adalah generasi milenial pilihan yang menyeru ke jalan Allah. Jangan khawatir dengan masa depan, selalu optimistis dengan menyempurnakan ikhtiar serta menjaga ketakwaan dan menebar kebaikan,” ucap Fathur.
Sementara itu, para dosen ADI Jatim juga telah menyeleksi dua mahasantri terbaik putra dan putri, yaitu Royhan Mufid Akbar dan Farah Atifah.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Dalam pesan dan kesannya, Royhan Mufid Akbar mengatakan, belajar menghafal Alquran dan Hadits, adalah dua mata kuliah yang menantang.
“Karena harus fokus dan perlu waktu belajar yang panjang. Selain itu kami juga memperoleh pendidikan karakter, di mana setiap aktivitas kami selalu dipantau dan dinilai langsung oleh para dosen,” ujar mahasantri asal Surabaya tersebut.
Kesan menarik juga disampaikan Farah Atifah yang menekankan kepada diri sendiri, terpilih menjadi mahasantri terbaik tidak boleh menjadikannya sombong dan berbangga diri. “Saya berharap hal ini akan menjadikan saya lebih mampu bermuhasabah mawas diri, dan lebih bersemangat lagi untuk menjadi lebih baik,” tutur mahasantri asal Gresik tersebut.
Seorang wali mahasantri bernama Ubaidillah Fadhil merasa sangat berbahagia atas diwisudanya putri kesayangannya, Fayyaasyaz Zaahy. “Terima kasih ADI dan Dewan Dawah Jawa Timur yang telah berjerih payah menempa anak-anak kami. Semoga mereka bisa menjadi generasi penerus da’wah bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat,” kata alumni Ponpes YTP Kertosono tersebut.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Adapun DDII Jatim memiliki program secara bertahap untuk mendidik dan menyiapkan 600 dai. Angka itu didapat dari satu kecamatan satu dai di Jatim. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia