Manila, 8 Shafar 1437/20 November 2015 (MINA) – Dengan serangan teror di Paris dan Beirut serta jatuhnya sebuah pesawat Rusia di atas wilayah Mesir membayangi agenda ekonomi mereka, para pemimpin Asia-Pasifik mengakhiri pertemuan puncak tahunan mereka di Manila, Kamis, dengan kecaman bernada keras terhadap terorisme dan seruan bagi kerjasama yang lebih besar dalam mencapai pertumbuhan dan kemakmuran.
“Kami tidak akan membiarkan terorisme mengancam nilai-nilai fundamental yang mendukung ekonomi bebas dan terbuka kami,” kata para pemimpin ekonomi anggota Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan seusai pertemuan puncak mereka.
“Pertumbuhan ekonomi, kemakmuran dan kesempatan adalah salah satu alat yang paling ampuh untuk mengatasi akar penyebab terorisme dan radikalisasi. Kami menekankan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kerjasama internasional dan solidaritas dalam memerangi terorisme,” kata para pemimpin dalam deklarasi bersama mereka.
Mereka mengatakan mereka mengakui bahwa pertemuan mereka di Manila diadakan “di bawah bayangan serangan teroris” dan mengecam “semua tindakan, metode dan praktek terorisme dalam segala bentuk dan manifestasi mereka.”
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Pernyataan itu bertolak belakang dengan konvensi untuk forum APEC, yang biasanya berfokus pada isu-isu perdagangan dan bisnis, demikian laporan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), mengutip Philstar News.
Pernyataan penting terakhir para pemimpin APEC ‘melawan terorisme” adalah di Shanghai pada 2001 setelah serangan teroris 9/11 di Amerika Serikat.
Kelompok APEC beranggotakan Amerika Serikat dan China dengan kekuatan menengah seperti Australia dan negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brazil dan Turki Mereka merepresentasikan sekitar 60 persen ekonomi global.
Tidak disinggung sengketa maritim antara China dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina, meskipun masalah menonjol dalam pernyataan Presiden AS Barack Obama, yang mengadakan pembicaraan bilateral dengan Presiden Aquino menjelang Rapat Pimpinan Ekonomi APEC.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Pemimpin AS telah membahas perlunya “langkah-langkah berani” untuk menurunkan ketegangan di perairan yang disengketakan.
Obama juga meminta China agar menghentikan reklamasi besar lahan, kegiatan konstruksi dan militerisasi wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan, dengan menyebut dampak tindakan tersebut pada stabilitas regional.
“Kami lebih mendorong ekonomi untuk melaksanakan sepenuhnya Kontra-terorisme Terkonsolidasi APEC dan Strategi Perdagangan APEC yang Aman dan terus mengambil tindakan kolektif dan individu dan berbagi praktik terbaik untuk mengamankan infrastruktur, wisata, rantai pasokan dan sistem keuangan dari kegiatan teroris,” kata deklarasi tersebut.
Ketidakpastian, Kemiskinan dn Perubahan Iklim
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Para pemimpin mengatakan mereka bertemu pada saat pertumbuhan global tak merata dan tidak memenuhi harapan.
Risiko dan ketidakpastian tetap dalam ekonomi global, dengan masalah struktural membebani pertumbuhan aktual dan potensial.
“Sementara ekonomi APEC tetap tangguh, mereka menghadapi tantangan dalam meningkatkan prospek pertumbuhan.”
Meskipun pertumbuhan ekonomi belum pernah terjadi sebelumnya dan telah mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan, para pemimpin mengakui kemiskinan terus menjadi kenyataan bagi jutaan orang di kawasan Asia-Pasifik.
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng
“Kami menyerukan upaya yang lebih intensif bagi pengurangan dan penghapusan semua itu. Kami juga mengakui ketidaksetaraan menjadi rem pada pertumbuhan ekonomi dan mengurangi sangat penting untuk memacu pembangunan dan kemakmuran di Asia-Pasifik,” kata para pemimpin.
Para pemimpin, dalam deklarasi mereka, juga menunjukkan kebutuhan mengatasi perubahan iklim dan mencapai pertumbuhan yang inklusif.
Mereka bertekad dalam “komitmen abadi” untuk menanggung perdamaian, stabilitas, pembangunan dan kesejahteraan umum dari kawasan Asia-Pasifik.
Para pemimpin juga menegaskan komitmen mereka untuk melaksanakan Agenda 2030 bagi Pembangunan Berkelanjutan, yang menetapkan kerangka kerja yang komprehensif dan universal untuk mendorong pembangunan global selama 15 tahun ke depan sehingga “tidak ada yang tertinggal dalam upaya kita memberantas kemiskinan.” (T/R07/R01)
Baca Juga: Wapres: Ekonomi Syariah Arus Baru Ketahanan Ekonomi Nasional
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)