Bouznika, MINA – Delegasi dari dua pemerintahan saingan Libya telah bertemu untuk melakukan pembicaraan di Maroko, lebih dari dua pekan setelah kedua belah pihak mengumumkan gencatan senjata.
Pertemuan pada Ahad (6/9) diadakan di kota pesisir Bouznika, selatan Rabat, atas inisiatif Pemerintah Maroko yang menjadi tuan rumah pembicaraan damai pada 2015, yang mengarah pada pembentukan pemerintah Libya yang diakui PBB.
Dinamai “Dialog Libya”, pembicaraan itu mempertemukan lima anggota Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang bermarkas di Tripoli dan lima dari parlemen yang bermarkas di kota Tobruk di Libya timur, demikian TRT World melaporkan.
“Kerajaan itu siap memberi Libya ruang untuk membahas (masalah), sesuai keinginan mereka, dan akan memberi tepuk tangan kepada mereka terlepas dari hasilnya,” kata Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Bourita mengatakan, Maroko tidak memiliki agenda atau inisiatif untuk tunduk pada kedua belah pihak.
Menurutnya, solusi bagi krisis Libya harus diputuskan oleh orang Libya sendiri di bawah naungan PBB.
Libya telah mengalami hampir satu dekade kekacauan kekerasan sejak pemberontakan yang didukung NATO 2011 menggulingkan dan membunuh pemimpin lama Muammar Gaddafi.
Krisis memburuk tahun lalu ketika panglima perang Khalifa Haftar, yang mendukung parlemen Tobruk dan didukung oleh Mesir, UEA dan Rusia, melancarkan serangan milisi untuk merebut ibu kota Tripoli dari GNA.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Haftar dipukul mundur awal tahun ini oleh pasukan GNA yang didukung Turki dan pertempuran kini terhenti di sekitar kota Sirte di Mediterania, pintu gerbang ke ladang minyak dan terminal ekspor Libya timur. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa