Naypyidaw, 4 Muharram 1436/ 28 Oktober 2014 (MINA) – Ratusan orang berkumpul di pusat kota Rangoon menuntut penyelidikan atas kematian wartawan freelance Aung Kyaw Naing, yang umumnya dikenal sebagai Par Gyi, yang dilaporkan tewas dalam tahanan Angkatan Darat Myanmar.
Pada Jumat, muncul kabar bahwa Dewan Pers Myanmar Interim telah diberitahukan oleh militer bahwa Par Gyi diculik di Mon Negara pada 30 September, diinterogasi dan kemudian dibunuh, sementara tentara mengklaim bahwa dia berafiliasi dengan kelompok oposisi Karen.
Sebagaimana yang diberitakan oleh Irrawedy dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan pernyataan militer mengatakan pada 4 Oktober, Par Gyi “mencoba untuk merebut senjata dari seorang penjaga dan melarikan diri; kemudian ia ditembak mati oleh penjaga.”
Sementara itu jasadnya dimakamkan dan keluarganya tidak diberitahu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Warga yang peduli akan peristiwa yang menimpanya kemudian bereaksi cepat dengan berkumpul di depan Balai Kota Rangoon, dan membuan spanduk berisikan, “Kembalikan keadilan dan keamanan bagi warga negara” dan “Hentikan kebrutalan.”
Sementara itu, seorang aktivis dan pemimpin gerakan Peace Generation dan Open Society 88, Ko Ko Gyi mengatakan bahwa “Ko Gyi Par adalah seorang jurnalis, politisi dan warga negara,” dan menegaskan, “Kematiannya menunjukkan bahwa kita tidak memiliki perlindungan hukum.”
Ko Ko Gyi menambahkan, pernyataan yang keluarkan oleh Tentara Myanmar dikirim ke Dewan Pers hampir satu bulan setelah hilangnya Par Gyi. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah mungkin menyembunyikan pelanggaran dan harus memberikan jawaban kepada publik.
“Kasus ini menunjukkan, tentara jelas menyalahgunakan hak asasi manusia,” katanya. “Jika mereka tidak mengambil tindakan dan reformasi, akan ada konfrontasi antara warga dan tentara.”
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Beberapa pengunjuk rasa mengatakan, apa yang terjadi pada Par Gyi tidak jarang di daerah etnis yang terkena dampak konflik, kasus tersebut harusnya menjadi perhatian bagi warga negara dan kesempatan untuk menuntut keadilan.(T/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)