Antananarivo, MINA – Situasi di ibu kota Madagaskar, Antananarivo memanas dan mencekam. Setidaknya lima orang tewas dalam demonstrasi massal yang berubah ricuh pada Jumat (26/9), setelah warga memprotes pemadaman listrik berkepanjangan dan kelangkaan air bersih yang semakin mengkhawatirkan.
Aksi protes bermula pada Kamis (25/9) ketika ratusan warga turun ke jalan secara damai menagih janji pemerintah untuk mengatasi pemadaman listrik yang hampir terjadi setiap hari.
Laporan Aljazeera, Sabtu (27/9), menyebut pemadaman di Antananarivo kerap berlangsung lebih dari 12 jam, melumpuhkan aktivitas rumah tangga dan bisnis.
Frustrasi publik yang menumpuk akhirnya memicu gelombang unjuk rasa. Namun, respons aparat keamanan justru memperburuk situasi. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan massa, yang menuntut hak dasar mereka.
Baca Juga: Ratusan Massa Demo di Markas PBB Tolak Pidato Netanyahu
Kekerasan aparat memicu aksi balasan dari pengunjuk rasa. Massa membarikade jalan dengan batu dan ban yang dibakar. Beberapa fasilitas publik, termasuk stasiun kereta gantung, terbakar. Selain itu, tiga rumah politisi dilaporkan diserang oleh orang tak dikenal di tengah kekacauan.
Untuk meredam situasi dan mencegah korban lebih banyak, pemerintah Madagaskar menetapkan aturan jam malam mulai pukul 19.00 hingga 05.00 waktu setempat. Aturan ini akan berlaku hingga kondisi benar-benar terkendali.
Insiden ini menyoroti ketegangan sosial yang dipicu oleh krisis infrastruktur dasar. Pemadaman listrik dan kelangkaan air bersih yang berkepanjangan menjadi pemicu protes rakyat, sekaligus menekankan pentingnya pemerintah menghadirkan solusi cepat bagi kebutuhan dasar warga. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Irak Kecam Ancaman Netanyahu dalam Pidatonya di PBB
Mina Indonesia
Mina Arabic
Mina Sport
Mina Preneur