Washington, 1 Dzulqa’dah 1436/16 Agustus 2015 (MINA) – Departemen Pertahanan AS berencana mengirimkan tim ke instalasi militer di Kansas dan Carolina Selatan untuk meninjau kemungkinan pemindahan beberapa tahanan dari Teluk Guantanamo, Cuba, ke wilayah AS.
Media setempat Fox News melaporkan Sabtu (15/8), Pentagon (demikian Kemhan AS biasa disebut), mengkonfirmasikan hal itu kepada Kongres AS bahwa tim sudah mengunjungi barak di Fort Leavenworth, Kansas, dan kemudian akan melanjutkan survei ke penjara angkatan laut di Charleston, Carolina Selatan, dalam beberapa pekan mendatang.
“Kunjungan ke barak militer dimaksudkan untuk menentukan biaya dan persyaratan perumahan para tahanan,” sumber menyatakan.
Namun rencana itu mendapat penolakan dari anggota Senator, seperti Pat Roberts, yang mengatakan tidak mungkin penempatan tahanan teroris di Kansas.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Gubernur Negara Bagian Kansas, Sam Brownback juga menentang pemindahan tahanan dari Teluk Guantanamo ke daratan AS.
“Warga Kansas tidak mendukung pemindahan teroris ke jantung Amerika,” katanya pada Miami Herald.
Senator Tim Scott dari Carolina Selatan juga menyatakan keberatannya jika tahanan Guantanamo dipindahkan ke lokasi di dekat lingkungan warga dan tidak jauh dari salah satu tujuan wisata terbesar di dunia.
Hukum AS saat ini dengan tegas melarang membawa salah satu tahanan Guantanamo ke Amerika Serikat untuk alasan apapun, baik untuk percobaan atau untuk perawatan medis.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Presiden Barack Obama berjanji pada pelantikannya tahun 2009 bahwa ia akan menutup penjara Guantanamo.
Baru-baru ini ia mendapatkan komitmen penawaran dari sejumlah negara untuk bersedia menerima hampir setengah dari 52 tahanan Guantanamo yang sudah menjalani seleksi pemindahan.
Kamp Guantanamo
Penjara atau Kamp Tahanan Guantanamo merupakan kompleks penjara militer AS di pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba sejak 2002.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Sumber Wiki menyebutkan, penjara ini digunakan untuk menahan sejumlah tokoh yang oleh pemerintah AS dianggap sebagai teroris, terutama anggota al-Qaeda dan Taliban.
Hubungan AS dengan Kuba memang agak aneh karena sejarah masa lalu Cuba yang akrab dengan Amerika Serikat sebelum Fidl Castro mengambil alih kekuasaan. Kuba yang menganut sistem komunis dikenal sebagai negara anti-AS di kawasan Amerika Latin. Namun di daratan negara tersebut, tepatnya di Teluk Guantanamo, bercokollah salah satu Pangkalan Angkatan Laut AS yang dikenal dengan penjaranya yang punya pengamanan ekstra ketat.
Guantanamo merupakan salah satu provinsi yang juga merupakan nama teluk dan kota di tenggara pulau Kuba.
Teluk Guantanamo dijadikan pangkalan Angkatan Laut AS, dan di situ ditempatkan sekitar 9.500 orang marinir. AS resmi menyewa Pangkalan AL Guantanamo ini dari pemerintah Kuba sebelum Castro. Castro tidak mengakui perjanjian itu, namun dia tidak berdaya mengusir para serdadu AS tersebut karena AS berdalih bahwa perjanjian sewa-menyewa itu resmi dan dilindungi hukum internasional.
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
Lalu, sejak awal tahun 2002, Guantanamo dijadikan sebagai penjara hidup paling kejam di dunia. Di tempat tersebut disembunyikan sekitar 500 tahanan yang dituduh AS sebagai teroris.
Dalam perkembangan terakhir, pekan lalu kedua musuh bebuyutan itu membuka kembali hubungan diplomatik kedua negara. Menteri Luar Negeri AS John Kerry hadir mengibarkan kembali bendera AS di Kedubes AS di Havana.
(T/P4//P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tiba di Peru, Prabowo akan Hadiri KTT APEC