Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Derita Aleppo Timur, Kota Blokade Berhujan Bom

Rudi Hendrik - Kamis, 20 Oktober 2016 - 19:11 WIB

Kamis, 20 Oktober 2016 - 19:11 WIB

662 Views

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Terhitung dua hari selama tanggal 12-13 Oktober 2016, setidaknya 99 warga Suriah tewas di Aleppo Timur oleh pertempuran dan serangan udara besar-besaran Suriah dan Rusia.

Serangan besar-besaran oleh jet-jet tempur kedua sekutu dekat itu dilakukan terhadap wilayah yang dikuasai oleh oposisi sejak gencatan senjata runtuh pada 19 September lalu.

Aleppo Timur telah terus-menerus menjadi medan perang dalam perang saudara Suriah. Sekarang telah masuk ke tahun keenam.

Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta

Aleppo telah dibagi dua, antara kontrol oposisi di timur dan kontrol pemerintah di barat sejak 2012.

Aleppo Timur yang dikuasai oleh oposisi telah dikepung oleh pasukan Suriah dan sekutunya, membuat militan oposisi dan warga sipil di dalamnya terblokade selama bertahun-tahun. Penembakan terus menerus dan kehancuran terjadi dalam upaya pemerintah Suriah dan Rusia untuk menekan musuhnya. Warga sipil menjadi pihak yang sangat dirugikan.

Ibrahim Al-Hajj, kepala bidang media aktivis kemanusiaan Pertahanan Sipil (White Helmets) mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempur Rusia menjatuhkan bom vakum yang dilarang penggunaannya di dunia.

Seorang warga di lingkungan Bustan Al-Qasr mengatakan bahwa situasi telah menjadi “mengerikan”.

Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah

“Orang-orang di Bustan Al-Qasr tidak tidur. Mereka tidur di siang hari dan tetap terjaga di malam hari karena mengkhawatirkan serangan malam,” kata seorang warga bernama Marwa Taleb kepada wartawan Al Jazeera.

Kehancuran total terjadi. Akan sangat jarang bisa melihat bangunan berdiri utuh di Aleppo Timur.

“Jika Anda berjalan melalui jalan-jalan, Anda akan menangis. Melihat reruntuhan akan membuat Anda menangis,” kata Marwa Taleb. “Apa yang terjadi di Aleppo adalah pembantaian setiap hari.”

Menurutnya, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk menjaga diri tetap aman adalah dengan berlindung di dalam ruangan bunker dalam rumah.

Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan

“Anda tidak dapat menjaga diri Anda aman dengan jenis senjata yang mereka gunakan,” katanya.

Komite Koordinasi Lokal (LCC), sebuah kelompok aktivis akar rumput yang merekam rincian serangan, menyatakan bahwa serangan pada Rabu, 12 Oktober, setidaknya menewaskan 86 warga Suriah di Aleppo dalam sebuah serangan di pasar dan lingkungan perumahan.

Penembakan udara itu sangat dahsyat. Pasar dan lingkungan warga sipil dihantam penghancur bunker dan bom curah. Terjadi banyak kerusakan.

Target yang merupakan lingkungan warga sipil adalah bentuk pembantaian yang mengerikan.

Baca Juga: Malu Kepada Allah

Tim-tim kemanusiaan dari Pertahanan Sipil tanpa henti terus berjuang berupaya melakukan penyelamatan. Mereka melakukan pencarian korban-korban yang terjebak di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri yang hancur oleh serangan udara. Sebagian serangan terjadi di tengah malam.

Blokade dan serangan udara yang diterapkan oleh pasukan pemerintah Suriah dan sekutu utamanya, Rusia, telah memperparah krisis kemanusiaan di Aleppo Timur.

Warga sipil sangat sulit mendapat akses kepada makanan dan bantuan medis, terlebih berulang kali rumah sakit dan fasilitas kesehatan menjadi target serangan udara Suriah dan Rusia.

Kondisi Aleppo Timur yang sangat buruk membuat PBB dan organisasi-organisasi HAM dan kemanusiaan mendesak Suriah dan Rusia untuk memberlakukan jeda kemanusiaan, bertujuan mengevakuasi korban luka dan sakit, serta warga sipil lainnya yang ingin keluar dari dalam Aleppo Timur yang dikepung.

Baca Juga: Palestina Memanggilmu, Mari Bersatu Hapuskan Penjajahan

Sementara kelompok militan oposisi Suriah tetap memililih bertahan di dalam kota, menolak tawaran dari pemerintah Suriah yang membuka jalan jika pejuang oposisi ingin keluar pergi ke daerah lain, dengan syarat meletakkan senjata.

Jeda kemanusiaan yang diberlakukan pada Kamis, 20 Oktober 2016, dimamfaatkan oleh PBB dan Bulan Sabit Merah untuk segera mengevakuasi orang sakit dan terluka, serta warga sipil yang ingin keluar dari blokade. (P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Korupsi, Virus Mematikan yang Hancurkan Masyarakat, Ini Pandangan Islam dan Dalilnya!

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
Internasional
Timur Tengah
Palestina
Indonesia
Asia