isis/attachment/anic-web/" rel="attachment wp-att-51853">Lakemba, Australia, 22 Dzulqo’dah 1435/15 September 2014 (MINA) – Dewan Imam National Australia (ANIC) mengatakan pihaknya menolak kekerasan yang dilakukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menyusul laporan-laporan yang menunjukkan penindasan mereka terhadap warga akhir-akhir ini.
“ANIC ingin mengingatkan masyarakat bahwa frase “Negara Islam” mengacu pada era ketika umat Islam berada di puncak peradaban mereka, saat Muslim, Kristen dan Yahudi hidup berdampingan secara harmonis,” kata Mufti Agung Australia Dr Ibrahim Abu Muhamad dalam sebuah pernyataan yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (15/9).
Dia lebih lanjut mengatakan, era puncak peradaban itu menggema di seluruh penjuru dunia saat itu, memperlihatkan kecemerlangan Islam yang baik.
“Namun, kemunculan ISIS menyelewengkan terminologi sebenarnya dari istilah ‘Negara Islam’ untuk tujuan politik dan kekerasan mereka sendiri. Mereka juga mengklaim simbol Islam kalimat syahadat ‘Laa iLaaha illaLLah” dan “Muhammadar RosuluLLah” untuk kekerasan yang mereka lakukan,” ujar Abu Muhamad.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
Sementara Muslim telah menjadi korban kekerasan di Timur Tengah selama berabad-abad, kini umat Kristen di Irak dan Suriah juga mengalami penindasan akan keberadaan mereka.
“Para kriminal ini telah melakukan kejahatan kemanusiaan. Penggusuran paksa, ancaman-ancaman eksekusi dan pembakaran tempat ibadah tidak dibenarkan dalam agama apapun,” tegas mufti agung itu.
ANIC juga menyerukan media dan para politisi untuk menahan diri dan tidak menyandarkan simbol-simbol Islam pada kekerasan yang dilakukan ISIS semata. (T/R04/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi