Lagos, MINA – Dewan Tinggi Urusan Islam Nigeria (NSCIA) menyatakan protes terhadap tindakan Sekolah Internasional Ibadan (ISI) yang melarang sembilan pelajar muslimahnya yang memakai jilbab memasuki kompleks sekolah di barat daya Negara Bagian Oyo itu. Anadolu Agency melaporkan.
“Ini merupakan diskriminasi resmi terhadap Muslim dan kami mengancam akan menuntut para pelanggar,” bunyi pernyataan yang dikeluarkan, Sabtu (17/11).
Pernyataan menambahkan, melarang anak-anak perempuan Muslimah masuk sekolah karena mengenakan jilbab adalah karena kefanatikan agama yang tidak dapat diterima dan ternasuk pelanggaran Konstitusi.
Sembilan pelajar Muslimah itu dicegah memasuki kompleks Sekolah Internasional Ibadan (ISI) pada Jumat karena mereka mengenakan jilbab, hampir sepekan setelah pemerintah di barat daya Lagos secara resmi menyetujui pemakaian jilbab oleh gadis-gadis Muslimah.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
“Penolakan para pelajar Muslimah tentang hak mereka untuk menggunakan jilbab hanyalah sebuah bagian dalam rantai panjang diskriminasi agama yang dilembagakan terhadap Muslim di sekolah. Sekolah seharusnya menjadi pusat keunggulan di mana pembelajaran, kejujuran, keunggulan dan karakter dihormati,” kata juru bicara NSCIA, Salihu Shehu.
“Kami sangat mengecam manajemen ISI dan memperingatkan kepala sekolah bahwa dia akan bertanggung jawab atas apa pun ketidakmampuan administrasi dan intoleransi beragama dalam hal ini,” lanjutnya.
Menurutnya, umat Muslim di Nigeria tidak bisa lagi melipat tangan mereka dan menyaksikan hak-hak mereka tanpa malu-malu diinjak-injak oleh para pelayan publik dalam beberapa posisi otoritas.
Sebelunnya, pada 2017, pernah terjadi seorang sarjana hukum wanita Muslim dilarang mamasuki tempat acara di ibukota Abuja karena mengenakan jilbab. Tindakan ini kemudian memicu kemarahan dari komunitas Muslim dan perdebatan tentang status sekuler kontroversial negara itu. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Mi’raj News Agency (MINA)