Jakarta, 19 Rabi’ul Akhir 1438/18 Januari 2017 (MINA) – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengingatkan media-media nasional untuk tidak menyebarkan berita yang berisi tududan dan fitnah terhadap Islam.
“Saya ingatkan media-media nasional untuk tidak menyebarkan berita yang mengidentikan Islam dengan kekerasan. Saat denger Islam sudah seperti dengar bahaya,” kata Din usai Rapat Pleno ke-14 bersama Menko Polhukam Wiranto bertemakan “Kerjasama Ulama dan Umaro untuk Kemajuan Bangsa” di Gedung Pusat MUI di Jakarta, Rabu (18/1).
Ketika ditanya wartawan tentang sikapnya terhadap kemungkinan adanya kelompok-kelompok radikal yang tumbuh di tengah umat Islam, Din menegaskan bahwa paham radikal itu ada. Namun, kata Din, paham radikal juga ada di ajaran selain Islam.
“Yang sering kurang dipahami adalah ketika menyamakan antara radikal dengan ekstrimis. Kedua paham ini memang ada di dalam Islam, namun jangan lupa, paham seperti ini juga ada di luar Islam. Jadi kalau teman-teman media hanya memberitakan bahwa paham radikal dan ekstrim itu cuma ada di dalam Islam, maka media sudah bertindak tidak adil, dan ini jelas menyalahi kode etik,” ujar Din.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Selain menyalahi kode etik, kata Din, pemberitaan semacam ini juga telah menyakiti hati kaum muslimin yang kemudian mengakibatkan umat Islam meminta Pemerintah untuk berlaku adil dengan melakukan aksi 411 juga aksi 212.
“Aksi ini muncul ketika ketidakadilan muncul,” tegas Din.
Lebih jauh, Din menilai bahwa tuduhan dan fitnah yang dilontarkan terhadap umat Islam salah satu bukti umat Islam sedang dipojokkan. “Meskipun secara demografi umat Islam itu mayoritas, tapi sejatinya secara ekonomi dan politik umat Islam terpojokkan, ditambah dengan adanya tuduhan dan fitnah yang mengarah ke umat Islam,” ujarnya.
Din kemudian mengingatkan bahwa umat Islam memiliki sejarah perjuangan yang panjang untuk Indonesia termasuk untuk mencapai kemerdekaannya. Sehingga, kata Din, umat Islam harus diberi porsi dan tempat yang layak.
Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda
“Kalau umat Islam tidak toleran, anti kebhinekaan, sudah hancur negeri ini,” demikian Din Syamsuddin. (L/R06/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga