Jakarta, MINA – Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief mengatakan, susah untuk menemukan produk Indonesia di dapur-dapur Arab Saudi, terutama saat musim haji.
Seperti dikutip dari laman Kemenag RI, Sabtu (12/11), Hilman menceritakan pengalamannya pada Maret 2022, saat bersama jajarannya meninjau beberapa dapur katering di Arab Saudi.
Tinjauan dilakukan ke dapur yang mempunyai peluang mendapat kontrak dari Kemenag RI sebagai penyedia katering jamaah haji Indonesia. Tujuannya, untuk melihat kesiapan mereka dan kapasitas layanan yang dapat diberikan.
Di dapur, lanjut Hilman, pihaknya meninjau gudang berpendingin, tempat penyimpanan bahan makanan. Di situ, tersedia banyak produk yang biasa digunakan untuk melayani jemaah haji, mulai sayur mayur, daging, bumbu, dan lainnya
Baca Juga: RISKA Ajak Sisterfillah Semangat Hadapi Ujian Hidup
“Kita sambil keliling melakukan observasi, ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Sulit sekali membaca tulisan Indonesia. Mulai beras, ada Rojo Lele Thailand, Pandan Wangi Singapura dan Malaysia. Kita hanya kebagian merk nya saja, buy nya lewat,” terang Hilman di Jakarta, seperti dikutip dari laman Kemenag RI.
“Ada satu-satunya produk Indonesia, yaitu krupuk udang Sidoarjo,” sambungnya. Bahkan, Hilman mengaku menemukan satu kemasan makanan dari perusahaan Thailand, yang isi makanannya sangat mirip dengan rendang daging.
Fakta ini kata Hilman menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk menguatkan ekosistem ekonomi haji dan umrah.
Ada dua alasan yang disampaikan Hilman. Pertama, market ekonominya sangat terbuka. Tahun 2019, ada satu juta orang melaksanakan umrah. Dalam kondisi normal, kuota jamaah haji Indonesia mencapai 200 ribu per tahun. Jumlah jamaah haji yang menunggu keberangkatan mencapai 5,2 juta.
Baca Juga: Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Wacanakan Dewan Pertahanan Nasional
“Dalam penyelenggaraan haji dan umrah, jamaah biasanya makannya makanan Indonesia, bumbu Indonesia. Untuk bumbu saja, kebutuhannya mencapai ratusan ton. Ini market yang terbuka,” jelasnya.
Kedua, haji bukan hanya untuk ritual. Mengutip ayat 27 dan 28 Surat Al-Hajj, Hilman menjelaskan bahwa manfaat haji mencakup spiritual, sosial persaudaraan, dan juga ekonomi (tijarah/commerce).
“Nampaknya kita belum memberikan perhatian lebih pada pesan liyasyhadu manaafi’a lahum pada ayat ke 28 surat Al-Hajj, utamanya pada aspek ekonomi. Sekarang Thailand, Vietnam, dan China justru sudah bergerak ke arah manfaat ekonomi,” tuturnya.
“Kita mungkin belum punya awareness tentang itu. Kalau pun sudah ada, kita belum punya ekosistem yang baik untuk menopang. Di sinilah pentingnya FGD untuk membahas penguatan ekosistem ekonomi haji,” pungkasnya. (R/R5/P1)
Baca Juga: Guru Supriyani Divonis Bebas atas Kasus Aniaya Siswa
Mi’raj News Agency (MINA)