Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diskusi Panel Islamofobia Diadakan di Universitas South Sewanee Tennessee

Septia Eka Putri - Selasa, 25 April 2017 - 22:19 WIB

Selasa, 25 April 2017 - 22:19 WIB

349 Views ㅤ

Foto: The Sewanee Purple News

Foto: The Sewanee Purple News

Tennessee, 28 Rajab 1438/ 25 April 2017 (MINA) – Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA) di Universitas South Sewanee di Tennessee, Amerika Serikat mengadakan diskusi panel baru-baru ini tentang Islamofobia di Balai Makan McClurg.

Diskusi mengambil tema “Memahami Islamofobia di Amerika Serikat” tersebut berfokus pada Islam dan praktiknya, juga fenomena Islamofobia di negara itu. Demikian IINA melaporkan yang dikutip MINA, Selasa (25/2).

Panel tersebut terdiri dari dua pembicara di antaranya Sabina Mohyuddin dan Zaynab Ansari. Mohyuddin, lulusan asli Tennessee dan Vanderbilt yang memiliki gelar teknik mesin, adalah anggota pendiri ‘The Sons and Daughters of Abraham’.

Ansari mempelajari ilmu-ilmu Islam di Damaskus, Suriah di Masjid Abu Nour, tempat dia belajar bahasa Arab, studi Al-Quran, dan Hadis, kumpulan hadis dan ucapan Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris

The Sewanee Purple News melaporkan, Mohyuddin memulai dengan menjelaskan perspektifnya tentang Islamofobia, menginformasikan peserta tentang implikasinya dan konsekuensinya serta memberikan solusi yang mungkin untuk membantu memerangi prasangka buruk itu.

Dia juga teringat sebuah kejadian saat  forum komunitas Manchester, Tennessee, yang bermaksud membuka dialog tentang Islam disambut dengan ejekan – ejekan dari para pemrotes.

Dia menyimpulkan ceramahnya dengan menawarkan gagasan tentang bagaimana cara mencegah Islamofobia, termasuk menjadi terdidik tentang Islam, mengundang pembicara tamu Muslim, dan berita yang menantang dimaksudkan untuk menghasut prasangka. Setelah sekian lama, Ansari memulai ceramahnya dengan menjelaskan ajaran dan praktik inti Islam.

Ansari mengungkap makna Islam sebagai “tradisi iman” melalui diskusi yang rumit yang berpusat pada anekdot tradisional seperti ziarah Muhammad (haji) ke Makkah dan asal mula Al-Qur’an, menjelaskan secara mendalam pentingnya tindakan yang diperlukan yang diketahui dan sebagai Lima Rukun Islam.

Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan

Lima Pilar berfungsi sebagai praktik yang mengingatkan individu akan komitmen mereka untuk mengupayakan kedamaian dalam hubungan mereka dengan roh mereka, Alloh, dan lain-lain.

Panel tersebut disponsori bersama oleh Program Studi Internasional dan Global, Departemen Agama, Departemen Politik, Kelompok Interfaith, HOLA, Wick, CRU, Community Engagement House dan Kantor Dekan Perguruan Tinggi.

Panel dikemas dengan sesi tanya-jawab, mengajukan pertanyaan tentang kelompok militan ISIS, hukum Syariah, dan upaya Eropa untuk membentuk kembali citra Islam sebagai “kekuatan positif di komunitas.”

“Saya sangat senang dengan jumlah pemilih untuk acara tersebut. Saya tahu ada ketertarikan pada kampus untuk acara semacam ini, tapi saya tidak yakin berapa banyak siswa dan fakultas yang bisa muncul,” kata Jessica Mecellem, seorang profesor politik di Sewanee dan sekaligus pembawa acara tersebut.

Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran

“Sangat menyenangkan melihat ketertarikan pada percakapan tentang Islamofobia dan beragamnya pertanyaan siswa dan bidang studi yang tertarik pada diskusi yang disampaikan,” tambahnya. (T/R07/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza

Rekomendasi untuk Anda