DK PBB Adakan Diskusi Darurat Tentang Masjid Al-Aqsa Pasca Penyerbuan Ben-Gvir

New York, MINA – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan diskusi darurat setelah kunjungan provokatif Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki, Kamis malam (5/1).

Dewan beranggotakan 15 anggota di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, menyusul permintaan bersama oleh misi Palestina dan Yordania ke PBB. Permintaan itu diajukan oleh Uni Emirat Arab dan China, demikian Wafa melaporkan.

Berbicara pada sesi darurat , Asisten Sekretaris Jenderal untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian, Khaled Khiari mengatakan meskipun kunjungan  Ben Gvir tidak disertai dengan kekerasan, tetapi hal itu tetap terlihat provokatif, mengingat upaya Ben-Gvir di masa lalu untuk merubah status quo Masjid Al-Aqsa.

“Seperti yang kita ingat, situasi di tempat-tempat suci Yerusalem sangat rapuh, dan insiden atau ketegangan apa pun di sana dapat meluas hingga menyebabkan kekerasan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki di Israel dan tempat lainnya,” katanya.

Sementara Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menegaskan Israel tidak memiliki klaim dan hak untuk berdaulat atas wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur.

“Al-Haram Al-Sharif  (Masjid Al-Aqsa) tidak akan jatuh, melainkan akan bertahan untuk generasi yang akan datang sebagaimana ia telah bertahan lebih lama dari Begin, Shamir dan Sharon dan akan bertahan lebih lama dari Netanyahu, Ben Gvir dan Erdan,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan khusus kepada partai sayap kanan Israel, “Dengarkan saya baik-baik, DK harus menghentikan Anda. Ini adalah tanggung jawab mereka. Ini adalah tanggung jawab Dewan PBB dan semua negara untuk menegakkan hukum internasional dan status quo bersejarah,” katanya.

Mansour menegaskan tindakan Israel tidak ada hubungannya dengan kebebasan beragama. Semuanya berkaitan dengan upaya melanggar hukum untuk mengubah karakter, status dan identitas kota.

Selain itu, Duta Besar AS untuk PBB Robert A. Wood menyampaikan rasa prihatin AS atas meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina. “Presiden AS Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dengan tegas mendukung status quo dan bahwa AS menghargai peran Yordania dalam mengawasi situs suci tersebut,” katanya.

Tidak hanya itu, Duta Besar Inggris Barbara Woodward, mengatakan Inggris sangat mendukung status quo bersejarah yang mengatur tempat-tempat suci Yerusalem, yang melindungi situs-situs tersebut dan mereka yang beribadah di sana, serta menjaga perdamaian.

Inggris juga berkomitmen bekerja sama dengan semua pihak untuk menegakkan Status Quo di Yerusalem. Semua pihak harus menghindari tindakan yang mengobarkan ketegangan, merusak perdamaian, atau secara sepihak berusaha mengubah Status Quo.”

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun meminta semua pihak terkait untuk menahan diri guna mencegah meningkatnya ketegangan di Yerusalem. “Khususnya Israel, mereka harus menghentikan provokasi dan tindakan sepihak terhadap status quo bersejarah tempat-tempat suci,”  katanya.

Nicolas de Rivière, Duta Besar Prancis untuk PBB, menyampaikan keprihatinan mendalam negaranya tentang penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh Ben-Gvir. “Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mencegah eskalasi yang akan menimbulkan konsekuensi mengerikan di lapangan. Prancis menyerukan penghormatan terhadap Status Quo yang bersejarah,” tegasnya.

Perwakilan Tetap Jepang untuk PBB juga menyampaikan keprihatinan dengan mengatakan hal yang sama, mengingat situasi yang sudah tegang di wilayah tersebut.

“Jepang mendesak Israel untuk segera menghentikan semua tindakan sepihak yang akan merusak solusi dua negara,” tegasnya. (T/cha/B03/P2).

Mi’raj  News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.