Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DMI: Islam Datang Ke Bumi Sebagai Petunjuk Ilahi

kurnia - Rabu, 22 Juni 2016 - 22:30 WIB

Rabu, 22 Juni 2016 - 22:30 WIB

273 Views ㅤ

Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), KH Masdar Farid Mas’udi (Foto: DMI)

Jakarta, 17 Ramadhan 1437/22 Juni 2016 (MINA) –  Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Masdar Farid Mas’udi mengatakan Islam datang kebumi sebagai petunjuk Ilahi bukan untuk menghancurkan sistem budaya dan tata kehidupan yang telah ada.

Selain itu menggaris bawahi yang baik dan menyempurnakan. Sebagaimana kebudayaan dalam istilah Arab adalah “Tsaqafah” termasuk kebetulan tidak diketemukan dalam referensi Islam resmi baik Quran maupun hadits,

Dia juga menjelaskan, “Unsur kebudayaan menurut literatur mutawatir ada tujuh diantaranya sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem ekonomi, sistem organisasi kemasyarakat, bahasa dan kesenian,” kata Masdar pada rapat pleno ke 9 dewan bertema Strategi Kebudayaan Umat Islam Indonesia, Rabu siang di kantor MUI, Jakarta.

“Sebagaimana dinyatakan oleh Al-Quran, kita bisa bersaksi bahwa tidak ada satu komunitas bangsa atau ummat di muka bumi ini, apapun bahasa, suku bangsa dan keyakinannya kecuali telah pernah mendapatkan sentuhan luhur dari Allah.

Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK

Demikian bunyi ayat Al-Quran, “tidak ada satu komunitas pun di muka bumi ini kecuali telah diutus untuk mereka seorang yang memberi peringatan penyadaran perihal kebenaran dari Tuhan.

Dikatakannya “sejalan dengan fakta di atas, Islam datang kebumi sebagai petunjuk Ilahi bukan untuk menghancurkan sistem budaya dan tata kehidupan yang telah ada, melainkan untuk menggaris bawahi yang baik dan menyempurnakan.

Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia (perikehidupan yang ada”.

Maka, ketika Risalah Dakwah Islam datang ke masyarakat dan di belahan bumi manapun tidak boleh dipahami sebagai kekuatan penghancuran adat istiadat atau tata budaya yang hidup di masyarakat yang ada, tegas Masdar.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal

Kecuali yang secara diametral bertentangan dengan prinsip-prinsip yang dibawanya. Dalam kaidah fiqinya, Islam datang dengan misi, Almuhafadhah alalqadimis shaalih wal akhdzu bil jadidil ashalah.

“Kita harus mempertahankan hal tradisi budaya lama yang baik bermaslahat dan mengambil menawarkan hal budaya atau tradisi baru yang lebih baik,” ujar Masdar.

Dengan demikian untuk menjadi muslim yang baik umat Islam tidak harus mencampakkan, mengharamkan apalagi menghancurkan warisan budaya yang bertumbuh atau tercipta di lingkungan sosial masing-masing baik yang lunak maupun keras yang berupa tata nilai (values) tatanan sosial maupun benda-benda budaya yang bersifat fisik seperti candi, monument-monument lainnya.

Perspektif Islam tentang budaya atau kebudayaan ini saya kira penting untuk ditegaskan dan diteguhkan dengan serius mengingat belakangan ini kita tengah melihat

Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri

“Gelombang sentiment keislaman yang hendak menghancurkan leburkan segala sesuatu khususnya peninggalan-peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya” sebagaimana dipertunjukan oleh gelombang keislaman garis super keras di Timur Tengah belakang ini”. (L/P002/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Update Bencana Sukabumi:  Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Kolom
MINA Millenia
Indonesia
Indonesia