Jakarta, 28 Dzulqadah 1437/31 Agustus 2016 (MINA) – Ketua Bidang Sarana, Hukum, dan Wakaf Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) Natsir Zubaidi menyatakan setuju dengan pendapat dan pemikiran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (Mendikbud) terkait dengan soal bahaya rokok maupun Full Day School (FDS).
“Saya mengamati ‘wacana yang disampaikan oleh Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy, baik masalah Full Day School maupun ‘materi bahaya rokok ‘ adalah dalam kontek pendidikan karakter untuk anak bangsa, sesuai dengan revolusi mental yang jadi program Presiden Djokowi,” kata Natsir kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), di Jakarta, Selasa (30/8) sore.
Mendikbud Prof. Muhadjir dalam kaitan dengan ‘materi bahaya merokok’ ingin disampaikan sedini mungkin-sejak dari Taman Kanak (TK) sampai dengan Sekolah Menengah.
Kemudian dikatakan Natsir, pemerintah berencana memasukkan materi bahaya rokok kedalam proses belajar di sekolah.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Namun, Mendikbud RI, Muhajir Effendy menyatakan tidak mungkin dituangkan secara eksplisit dalam bentuk mata pelajaran, nanti seolah-olah semua permasalah masuk kurikulum. Paling mungkin adalah pengajarannya melakui pendidikan karakter, kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Terkait Natsir selanjutnya mengungkapkan, sebenarnya FDS itu kan sudah berjalan pada sekolah-sekolah unggulan -yang sudah tentu dengan beberapa persyaratan, melalui seleksi anak didik, kemampuan Guru, orang tua, fasilitas yang harus dipenuhi tersebut.
“Memang memerlukan kajian dan pilot proyek, sebagaimana boarding School maupun sekolah unggulan,” ungkap Natsir.
Kembali Natsir mengatakan, “mengapa kita meributkan FDS-sementara Pesantren yang Full night and day Schooll tidak masalah,” tegasnya.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Pada tahun 50-an saat itu belum ada pelajaran agama, orang tua kita menyuruh kita sekolah sore (madrasah) yang diselenggarakan oleh kalangan swasta atau ormas seperti NU dan Muhammadiyah.
Menurutnya, materi bahaya merokok. minuman keras, Narkoba,berjudi. bisa diberikan melalui ektrakurikuler atau juga melalui materi pendidikan agama, biologi, Sejarah, olah raga, muatan lokal (integrated Curricullum).
“Itu yang menurut saya-mengarah pada pendidikan karakter dalam rangka membangun moral dan akhlaqul karimah yang oleh bapak Presiden dikenal sebagai Revolusi Mental,” katanya. (L/P002/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia