London, MINA – Asosiasi Dokter Palestina di Eropa, yang dikenal sebagai PalMed, telah mengumpulkan lebih dari $150.000 atau sekitar Rp2,38 miliar untuk mendukung mahasiswa kedokteran di Gaza melalui inisiatif Pendidikan Kedokteran Gaza.
Middle East Monitor (MEMO) melaporkan, Senin (25/11), jumlah tersebut terkumpul dalam sebuah konferensi di Royal College of Physicians di London pada Sabtu (23/11).
Pengumpulan donasi tersebut bertajuk “Menghidupkan Kembali Pendidilan Kedokteran di Gaza: Tantangan dan Solusi” bertujuan untuk menghadapi berbagai kesulitan signifikan yang dihadapi infrastruktur pendidikan kedokteran di Gaza, termasuk blokade yang terus berlangsung dan penghancuran sistematis fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Acara konferensi tersebut menampilkan diskusi panel dan presentasi akademis yang menekankan pentingnya inovasi dan kolaborasi internasional dalam mendukung pendidikan kedokteran.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
“Dengan berpartisipasi hari ini, Anda sedang mengipasi api harapan, tidak hanya bagi para mahasiswa dan anggota fakultas, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Gaza,” kata Ketua Konferensi, Dr. Hossam Al-Din Adwan, seorang konsultan bedah di Rumah Sakit Universitas Wirral di Inggris, kepada para peserta.
Tokoh-tokoh internasional terkemuka turut hadir, termasuk Profesor Mads Gilbert dari Norwegia, yang terkenal karena dukungan kemanusiaannya untuk Gaza, serta Dr. Husam Zomlot, Duta Besar Palestina untuk Inggris, yang menekankan peran penting pendidikan dalam ketahanan Palestina.
Dr. Riyad Misharqa, Ketua Dewan Penasihat PalMed, memuji tekad dan keunggulan mahasiswa kedokteran Gaza, dengan menekankan peran inisiatif tersebut dalam memastikan masa depan mereka dan keberlanjutan sekolah kedokteran Gaza.
Mahasiswa dari Gaza mengikuti konferensi daring, Lina Abu Hein menggambarkan kesulitan dan bahaya sehari-hari yang mereka hadapi, khususnya saat bepergian ke rumah sakit untuk pelatihan klinis.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Ia juga menyoroti sumber daya penting yang dibutuhkan untuk mendukung pendidikan mereka.
Tariq Abdel Jawad, Ketua Komite Keterlibatan mahasiswa dalam inisiatif pendidikan kedokteran, berbagi pengalaman pribadinya dan peran yang telah ia dan rekan-rekannya mainkan di rumah sakit selama perang.
Ia menekankan bahwa dukungan internasional memberi mereka harapan dan motivasi untuk melanjutkan pendidikan dan mengabdi pada masyarakat.[]
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Mi’raj News Agency (MINA)