Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)
Bandy X. Lee,M.D.,M.Div., seorang psikiater forensik di Yale School of Medicine dan pakar kekerasan yang diakui secara internasional pernah mengatakan, temperamen Presiden AS Donald Trump selalu menjadi bagian besar dari merek politiknya.
Lee menyebut, sikap seperti itu yang acapkali mengedepankan retorika kritiknya dalam beberapa berita maupun tweet kepada lawan-lawannya, akan sangat mengkhawatirkan kebugaran mentalnya untuk bekerja di kantor kepresidenan.
“Sebagai psikiater forensik seperti saya, yang pasiennya kebanyakan adalah pelanggar kekerasan, itu biasa. Namun sangat tidak biasa menemukan orang seperti itu di kantor Presiden AS, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya, seperti diungkap NBC News.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Sementara sebagai presiden, konsekuensi ucapan Trump sangat berpengaruh pada dunia.
Temperamen seperti itu akan berpeluang merusak orang lain, membun orang banyak, bahkan dapat mematikan dirinya sendiri. Terlebih ini dimiliki oleh seorang pejabat politik.
Masih menurut Bandy X. Lee, manusia sesungguhnya adalah spesies yang mudah beradaptasi. Namun, ketika mekanismenya kacau dan mencapai keadaan gangguan mental, maka kapasitas untuk bervariasi dan bersosial akan berkurang.
Terjadi ketidakteraturan pikiran, yang ini sama bahayanya dengan penyakit fisik gagal jantung atau kanker ganas.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Di sini, Trump telah menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan kecacatan psikologis, ditandai dengan ketidakmampuan mengatasi kritik dasar atau berita yang tidak menyenangkan.
Indikasinya sangat jelas, Trump telah melampaui ambang batas biasa, agresivitas verbal tinggi, membual tentang kekerasan seksual, menghasut kekerasan di tempat lain, daya tarik pada kekerasan dan senjata ampuh, serta ujaran ejekan negara-negara yang bermusuhan dengan tenaga nuklir.
Calon Presiden yang dikalahkan Trump, yakni Hillary Clinton, bahkan pernah menyebut Trump sebagai orang yang temperamental dan tidak layak menjadi seorang presiden. Republika pernah merilisnya pada edisi 31 Januari 2017.
Sementara seorang psikolog John D Gartner menilai, Trump memiliki penyakit narsisme ganas.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Donald Trump sakit mental berbahaya dan temperamental,” katanya.
Gartner menjelaskan, narsisme ganas didefinisikan sebagai campuran gangguan kepribadian antisosial, agresi, sadisme, dan narsisme. Dan itu tampaknya tidak dapat disembuhkan.
Bahkan menurut Huffington Post, tiga psikolog telah memperingatkan kepada Obama tentang penyakit mental Trump sebelum pria berusia 70 tahun itu menjabat sebagai presiden.
Peringatan tersebut berbunyi, “Gejalanya secara luas dilaporkan ketidakstabilan mental, termasuk kebesaran, impulsif, hipersensitivitas terhadap penghinaan atau kritik, dan ketidakmampuan jelas untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan. Ini membawa kita mempertanyakan kesehatannya untuk tanggung jawab besar dari jabatannya.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Sejumlah ahli, seperti dikutip Tempo, menilai kesehatan mental atau psikiater menyatakan Donald Trump merupakan sosok paranoid, pengkhayal, dan pemikir yang muluk-muluk. Sehingga mental sakit seperti ini dianggap berbahaya untuk memimpin Amerika Serikat.
Pernyataan tentang kondisi mental Presiden Trump, pernah disampaikan para psikiater itu dalam konferensi yang diadakan Sekolah Kedokteran Universitas Yale, 31 Agustus 2017 lalu.
“Kami memiliki tanggung jawab etik untuk mengingatkan masyarakat mengenai mental sakit Donald Trump yang berbahaya,” kata John Gartner, psikiater yang juga bekerja di Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins.
Gartner sejak awal menyatakan, mental Trump tidak layak sebagai pesiden. Menurutnya, klaim Trump bahwa pengunjung yang menyaksikan pelantikannya merupakan yang terbanyak, merupakan peringatan tentang persoalan yang lebih besar yang dihadirkan Trump nantinya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Prof James Gilligan, psikater dan guru besar di Universitas New York mengatakan, ia memiliki pengalaman bekerja dengan orang-orang yang paling berbahaya dalam masyarakat seperti pemerkosa dan pembunuh. Namun itu tidak sebanding jika dihadapkan dengan Trump. Ia menyakini Trump merupakan sosok yang membahayakan.
Walaupun pernyataan para psikiater ini mendapat kritik dari rekan seprofesinya yang menganggap mereka mencederai aturan Goldwater yang dibuat oleh Asosiasi Psikater Amerika. Etika melarang psikiater memberikan pendapatnya tentang seseorang yang tidak pernah mereka tes mentalnya.
Kritikan juga datang dari kubu Republik, partainya Trump, yang menuding para psikiater telah mencederai standar etika, karena tidak dapat menerima hasil pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Trump.
Akan Terjatuh
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Investor yang juga miliarder terkenal George Soros, pada Januari 2017 menyatakan bahwa pasar global akan goyah karena ketidakmenentuan yang muncul dari kebijakan-kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Saat ini saja ketidakmenentuan itu sudah mulai berada pada puncaknya,” kata Soros, seperti disebutkan Antara News, pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Menurut pialang Yahudi, Soros, pasar memang tengah melihat Trump yang sedang bongkar pasang aturan-aturan dan memangkas pajak. Itu semua memang impiannya. Dan impian itu sedang diwujudkan Trump.
Tetapi ujarnya, Trump telah menyerukan pajak pembatasan impor dan menarik diri dari kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans Pasifik yang digagas para pendahulunya.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
“Justru ini menunjukkan Trump tidak ada juntrungannya dengan pertumbuhan ekonomi AS”, kata Soros.
Soros yang mendirikan Soros Fund Management LLC dan kini memimpin perusahaan yang berbasis di New York, menganggap Trump akan segera jatuh.
“Saya pribadi yakin dia akan jatuh. Bukan karena orang seperti saya menginginkan dia jatuh. Tetapi karena gagasan-gagasannya yang membuat dia sendiri secara inheren kontradiktif, dan kontradiksi ini telah benar-benar terwujud dari para penasihatnya dan kabinetnya,” kritiknya.
Demikian pula dengan Inggris Raya, Soros juga tidak yakin Perdana Menteri Theresa May akan terus bertahan mengingat ada perpecahan luas dalam pemerintahannya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kini terbukti, sebagai contoh teranyar, bagaimana pengakuan sepihak Trump tentang Yeruslam yang ia sebut sebagai ibukota Israel.
Sekutunya itu, Inggris tidak sependapat, bahkan mengkritiknya. Prancis menjauh. Jerman berseberangan. China memandang dari sisi bisnia, itu mengkhawatirkan secara global.
Lainnya, mitra dekatnya, Arab Saudi sudah berani mengatakan langkah Trump “tidak bertanggung jawab”. Mesir pun menyebutnya, tindakan yang kurang hati-hati dan menambah kesulitan.
Belum lagi penolakan Turki, Qatar, Liga Arab, OKI dan negara-negara di kawasan Asia. Sekjen PBB Gueterres pun dibuatnya gerah, dan hendak mengadakan pertemuan darurat membahas langkah Trump.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Otoritas Palestina yang sebelumnya berharap pada AS untuk memediasi negosiasai perdamaian dengan Israel. Patah arang, dan tidak bersedia menerima kunjungan utusan Trump sekalipun. Palestina kini lebih memilih Intifadhah Baru, meneguhkan rekonsiliasi nasional, dan mendesak PBB menghentikan Trump.
Belum lagi gejolak demo ‘Anti-Trump’ di seluruh pelosok jagat raya. Wabil khusus di negeri-negeri Muslim dengan karakter khusus, seperti di Palestina, Turki, dan Indonesia.
Seorang Presiden RI Joko Widodo saja mengaku terkejut, dan sampai sekarang ini masih dongkol dan jengkel terhadap keputusan Presiden Donald Trump yang tiba-tiba mengaku kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
“Kita ini kan sedang berbicara dalam forum internasional, mengantisipasi sikap Korea Utara, eh ternyata dikejutkan oleh sikap yang satunya lagi, pemerintah Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel. Ini sungguh sangat mengejutkan, menjengkelkan, membuat dongkol,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional ICMI, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/12) siang.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Presiden mengemukakan, waktu ketemu terakhir dengan dirinya, Presiden Donald Trump berbicaranya enak banget, senyum-senyum bahkan saat makan malam kebetulan berdampingan dengan Ibu Negara Iriana Jokowi.
“Ngajak ngomong istri saya terus-menerus sepanjang makan malam,” ujar Jokowi, seperti dirilis laman Setkab RI.
Tunggu Saja
Ya, kita tunggu saja lah kejatuhannya seorang Trump oleh kebijakannya sendiri yang sebenarnya tak bijak itu.
Ibarat di arena balap mobil, dengan kecepatan tinggi, jika semua kendaraan sama-sama berkecepatan tinggi, tapi masih sejalur dan sejalan. Maka itu akan menjadi harmoni yang enak ditonton.
Namun bila salah satu mobil itu melambat, atauy bergeser sedikit saja ke arah tengah misalnya, apalagi berlawanan arus. Maka, dapat dipastikan akan terjadi tabrakan dan bentuan keras. Yang itu akan berakibat pada kekacauan mobil-mobil peserta balapan.
Bukan hanya itu, mobil-mobil lain bisa saja ikut terkena gesekannya. Namun yang jelas dan pasti mobil Trump yang tengah ‘sakit jiwa’ itulah yang akan terguling, dan jatuh berguling-guling, serta berkeping-keping. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)