Bogor, MINA – Peneliti IPB University dari Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Dr Siti Nikmatin, membuat baju anti peluru dari serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS).
Sebelumnya Dr Siti juga berhasil membuat helm Green Composite (GC) yang menggunakan filler serat TKKS pada ukuran mikropartikel. Setelah diteliti lebih lanjut, serat TKKS ternyata juga mampu menyerap energi pada laju yang sangat tinggi pada saat tumbukan.
Kemudian ide tersebut berkembang untuk membuat diversifikasi produk berbahan serat TKKS woven pada aplikasi bahan anti peluru.
“Dari hasil treatment yang dilakukan, biomasa TKKS menjadi serat dengan kandungan lignoselulosa. Ternyata TKKS ini memiliki potensi tinggi dalam menyerap energi tumbukan. Apalagi jika disusun dalam bentuk anyaman dengan orientasi sudut tegak lurus pada sistem komposit laminated atau sandwich,” jelasnya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima MINA, Jumat (11/9).
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Dr Siti mengatakan, melalui penambahan coating material anti panas, serat TKKS woven dapat menahan api dalam waktu 30 detik. Hal ini yang digunakan dalam perancangan baju anti peluru.
Kemudian dia melakukan uji tembak menggunakan pistol glock dengan peluru MU1-TJ pada jarak efektif 25-50 meter. Baju anti peluru ini terbukti mampu menahan peluru tersebut.
“Namun baju anti peluru ini masih belum mampu untuk menahan tembakan pistol laras panjang. Sehingga masih memerlukan riset lanjutan,” imbuhnya.
Dengan adanya potensi baru bahan baju anti peluru, akan menjadi alternatif pilihan untuk kebutuhan dalam negeri. Karena sepengetahuan Dr Siti, bahan baku rompi anti peluru masih 100 persen impor.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Karena pentingnya pengembangan riset ini, saya berharap riset dapat dilanjutkan menjadi penelitian terapan atau lanjutan. Dua sampai tiga langkah lagi menuju komersialisasi,” pungkasnya. (R/R1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September