Tel Aviv, 16 Ramadhan 1437/17 Juni 2016 (MINA) – Tiga hari setelah mantan menteri pertahanan Moshe Ya’alon dan Ehud Barak mengeluarkan serangan pedas pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama Konferensi Herzliya, dua mantan menhan lainnya mengeluarkan pernyataan serupa.
Mantan Menteri Pertahanan Israel Amir Peretz baru-baru ini dalam sebuah wawancara radio, menyalahkan Netanyahu atas banyaknya penyakit di negaranya dan mengatakan harus ada upaya serius untuk memastikan ia digantikan, demikian Jerusalem Post melaporkannya.
“Perdana menteri bukanlah solusi,” kata anggota parlemen Israel dari faksi Persatuan Zionis itu sembari menambahkan, “Perdana menteri adalah masalah. Semuanya harus dilakukan agar setelah pemilu berikutnya, ia tidak akan lagi menjadi perdana menteri. ”
Sementara mantan menteri pertahanan Shaul Mofaz yang memiliki hubungan buruk dengan Netanyahu sejak 2012, menolak berbicara negatif tentang dia saat Kongres Israel Jerman di Frankfurt.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Ya’alon sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa kebijakan Netanyahu telah menakuti warganya sehingga membuat Israel kini berada di tepi Holocaust kedua.
Dirinya menantang akan ikut dalam pemilu selanjutnya untuk mengalahkan Netanyahu setelah dirinya keluar dari parlemen.
Di samping Ya’alon, Ehud Barak juga mengeluarkan pernyataan yang disebut “lebih pedas” dari Ya’alon. Barak menyerukan adanya revolusi di Israel untuk menggulingkan Netanyahu dari kepimpinan.
Sementara itu beberapanga anggota parlemen Knesset menyatakan pernyataan Barak yang menyebut Netanyahu berideologi fanatik dan radikal, mengatakan ketidaksetujuan atas hal itu.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Kubu parlemen terbagi dalam pro dan kontra terhadap kebijakan Netanyahu dalam banyak hal, terutama menempatkan Israel sebagai korban dari serangan-serangan warga maupun pejuang Palestina.
“Saya khawatir tentang hasutan terhadap Netanyahu. Kita lihat apa yang terjadi di Inggris, di mana perbedaan atas kebijakan menyebabkan tragedi anggota Parlemen terbunuh” kata Ketua Knesset bidang Luar Negeri dan Pertahanan Avi Dichter dari partai yang sama dengan Netanyhu.
Namun, Barak berkeyakinan bahwa menerapkan kebijakan pemerintah saat ini tentu akan menyebabkan Israel menjadi ‘negara apartheid’ atau negara dengan dua kebangsaan di mana Yahudi menjadi minoritas dalam satu atau dua generasi, dengan kemungkinan tinggi terlibat dalam perang sipil terus menerus. (T/R04/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian