Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua Sekolah Palestina Baru Dibangun Terancam Dihancurkan Israel

Zaenal Muttaqin - Kamis, 16 November 2017 - 19:23 WIB

Kamis, 16 November 2017 - 19:23 WIB

126 Views

Sekolah Al-Muntar, yang melayani anak-anak dari komunitas Badui di Tepi Barat, berada dalam ancaman pembongkaran. (Foto: File/NRC)

sekolah-palestina-300x200.jpg" alt="" width="300" height="200" /> Sekolah Al-Muntar, yang melayani anak-anak dari komunitas Badui di Tepi Barat, berada dalam ancaman pembongkaran. (Foto: File/NRC)

Yerusalem, MINA – Dua sekolah Palestina di Tepi Barat yang baru dibangun dengan dana bantuan dari Eropa, terancam dirampas dan dihancurkan oleh Israel, kata Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) dalam sebuah laporan.

Pengadilan Israel telah memerintahkan para siswa untuk tidak ke sekolah tersebut, demikian dilaporkan WAFA yang dikutip MINA pada hari Kamis (16/11).

Sekolah-sekolah yang dikelola Wadi Seeq dan Al Muntar dibangun pada tahun lalu dengan dana donor dari Eropa, sebagai bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Badui Palestina yang berjuang untuk mendapatkan layanan dasar. Mereka melayani dan membantu pengungsi yang telah mengalami kerusakan harta benda  selama bertahun-tahun.

Sekolah-sekolah tersebut sekarang menjadi subyek proses pengadilan Israel yang dapat saja memutuskan dilakukan pembongkaran. Dijadwalkan pada 20 November dan 10 Desember. Program Bantuan Konseling dan Bantuan Hukum NRC (ICLA) akan memberikan bantuan hukum kemanusiaan untuk mewakili masyarakat di pengadilan.

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

“Sekali lagi, anak-anak Palestina menghadapi kondisi traumatis untuk bersekolah dan berharap bahwa hal itu sudah tidak ada lagi,” kata Direktur Urusan Dewan Pengungsi Norwegia di Palestina, Kate O’Rourke.

“Sekali lagi kita harus bertanya: Mengapa anak-anak ditolak hak dasarnya atas pendidikan? Serangan di sekolah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk memindahkan secara paksa masyarakat Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur untuk menciptakan ruang bagi perluasan pemukiman ilegal,” katanya pula.

Kepala sekolah Al Muntar, Wisam Merei mengatakan, jika sekolah itu dibongkar, sebagian besar anak akan putus sekolah.

Seorang perwakilan masyarakat dan orang tua, Abu Hassan, membenarkan keprihatinan ini. Mereka tidak memiliki tempat lain untuk belajar di komunitas kami. Sekolah tersebut memungkinkan anak-anak untuk belajar tanpa harus meninggalkan komunitasnya dan menggunakan jalan berisiko dekat dengan pemukiman di dekatnya.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Kedua sekolah yang didanai donor Al Muntar dan Wadi as-Seeq menampung lebih dari 100 murid. Sekolah Al Muntar diharapkan dapat memperluas penerimaannya pada bulan Februari 2018 dan merupakan layanan dasar yang penting bagi masyarakat karena akses sekolah dasar terdekat sangat terhambat karena kedekatannya dengan pemukiman di dekatnya dan kurangnya infrastruktur yang sesuai.

Wadi sebagai komunitas sekolah Seeq telah menerima 11 perintah pemberhentian pekerjaan pembangunan dalam sembilan tahun terakhir. Dua bangunan dihancurkan pada 2012 dan 2014, dan semua MCK portabel yang disediakan oleh sebuah LSM lokal pada tahun 2011 disita oleh Administrasi Sipil Israel (ICA), sebuah lembaga pemerintah militer. ICA sekarang juga berusaha merebut sekolah dari masyarakat.

“Kami meminta pemerintah dan pihak donor membiayai pendidikan anak-anak Palestina untuk meningkatkan tekanan diplomatik guna mencegah pembongkaran dan penyitaan infrastruktur sekolah, yang melanggar Hukum Humaniter Internasional, dan hak dasar semua anak terhadap pendidikan,” kata O’Rourke.

Penghancuran struktur pendidikan bukan hanya pelanggaran terhadap hukum internasional, namun juga menunjukkan penghinaan terhadap bantuan masyarakat internasional kepada penduduk Palestina yang diduduki, untuk memastikan tempat-tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Awal tahun ini, pemerintah Israel menghancurkan tiga sekolah lain di Tepi Barat yang didanai oleh bantuan internasional, tepat sebelum anak-anak kembali belajar ke sekolah setelah liburan musim panas.

Lebih dari 60 sekolah di Tepi Barat saat ini menghadapi risiko pembongkaran. Anak-anak di sekolah-sekolah di sana menghadapi serangan terhadap hak mereka atas pendidikan. Pada semester pertama 2017 saja,  93 insiden terkait pendidikan yang mempengaruhi 13.906 siswa didokumentasikan di Tepi Barat.

Termasuk insiden di mana tabung gas air mata dan bom suara ditembakkan kepada siswa dalam perjalanan mereka ke atau dari sekolah, penangkapan anak-anak dari ruang kelas dan pelecehan di pos pemeriksaan. (T/B05/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Rekomendasi untuk Anda