Jakarta, MINA – Hubungan Jepang dan komunitas Islam di Indonesia semakin erat dengan berbagai inisiatif pertukaran budaya dan pendidikan yang telah berlangsung sejak 2004.
Dubes Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi, menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat hubungan dengan organisasi Islam dan pondok pesantren di Indonesia.
“Jepang telah mengundang pimpinan organisasi Islam dan pondok pesantren sejak 2004, dan hingga saat ini lebih dari 190 orang telah mengikuti program ini,” ungkap Dubes Masaki pada acara buka puasa bersama dengan tokoh-tokoh Islam Indonesia di Kediaman Resmi Duta Besar Jepang di Jakarta, Senin (17/3).
Tahun ini, sebanyak 16 peserta dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Masjid Istiqlal juga telah berkunjung ke Tokyo dalam program pertukaran pemuda Genesys.
Menurutnya, program-program ini menjadi sarana penting dalam memperkuat hubungan jangka panjang antara masyarakat Jepang dan komunitas Islam di Indonesia.
“Momentum ini perlu terus dimanfaatkan untuk lebih mempromosikan pertukaran antarwarga,” tambahnya.
Sejak bertugas di Indonesia, Dubes Masaki aktif menjalin interaksi dengan tokoh-tokoh Islam, termasuk kunjungan ke Pondok Pesantren Tebuireng serta ziarah ke makam Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Selain itu, ia juga bertemu dengan Menteri Agama di Masjid Istiqlal untuk membahas berbagai isu keagamaan dan kerja sama antarumat beragama.
Baca Juga: Indonesia Akan Miliki 17 Stadion Berstandar Internasional
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Prof. Din Syamsuddin, menyoroti pentingnya hubungan Jepang dan ASEAN dalam menghadapi dinamika geopolitik global. Menurutnya, kebangkitan Asia Timur dan munculnya kekuatan baru di kawasan perlu dihadapi dengan keseimbangan yang adil.
“Kita tidak ingin ada hegemoni baru di kawasan ini. Perlu ada aliansi khusus antara Jepang dan Indonesia serta negara ASEAN lainnya, agar stabilitas kawasan tetap terjaga,” ujar Din.
Ia juga menambahkan bahwa interaksi antara Islam dan Jepang semakin berkembang. “Kami selama ini berteman dengan umat Islam di Indonesia, tetapi di Jepang, kami menemukan nilai-nilai Islam dalam bentuk kedisiplinan, kebersihan, dan etos kerja yang luar biasa,” tambah Din.
Sementara Ketua Umum PP Aisyiyah, Salmah Orbayinah, menekankan bahwa pertukaran program antara organisasi Islam dan Jepang memberikan inspirasi baru bagi masyarakat Indonesia.
Baca Juga: KMP Portlink III Tabrak Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak
“Kami melihat kerja keras dan kemajuan Jepang sebagai motivasi bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan umat,” katanya.
Selain itu, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof. Jamhari Ma’ruf, menggarisbawahi pentingnya identitas budaya dalam diplomasi Islam. “Kami berkunjung ke Jepang dengan pakaian khas Indonesia, mengenakan peci dan batik, sebagai wujud identitas keislaman dan kebangsaan,” ujarnya.
Acara ini merupakan bagian dari inisiatif Kedutaan Besar Jepang dalam membangun dialog antaragama dan memperkuat pemahaman budaya antara Jepang dan Indonesia. Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dubes Masaki Yasushi menyambut para tamu kehormatan yang terdiri dari pemimpin organisasi Islam terkemuka, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Selain itu, hadir pula Rektor Perguruan Tinggi Islam di Jakarta dan sejumlah peserta Program Kunjungan Pimpinan Pesantren ke Jepang.
Baca Juga: Antisipasi 17,9 Juta Pemudik, Jateng Siapkan 262 Bus dan Kereta Gratis
Setelah berbuka puasa, para peserta berkesempatan untuk berdiskusi mengenai berbagai isu sosial dan keagamaan yang relevan bagi kedua negara. Acara berlangsung dengan penuh kehangatan, mencerminkan semangat kebersamaan dan dialog lintas budaya yang semakin erat antara Indonesia dan Jepang.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sebanyak 1.500 Porsi Kanji Rumbi Dibagikan Gratis di ”Aceh Ramadhan Festival”