Manila, MINA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Sabtu (9/10), mengecam aktivis-aktivis hak asasi manusia (HAM) karena mengkritik perang antinarkoba yang ia jalankan namun mengabaikan penderitaan menyedihkan Muslim Rohingya di Myanmar.
Duterte menyebut Aung San Suu Kyi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian, gagal mengatasi krisis Rohingya yang telah menyebabkan ratusan orang terbunuh.
“Lihatlah apa yang terjadi di Burma (Myanmar). Dia (Aung San Suu Kyi) adalah pemenang Hadiah Nobel,” kata Duterte pada acara penutupan Konferensi Bisnis di Cagayan de Oro, Filipina Selatan, seperti yang dilaporkan situs Inquirer dan dikutip MINA.
Duterte menyebutkan meskipun berada di pusat berita internasional, kelompok HAM tidak mengkritik Suu Kyi atas kegagalannya menyelesaikan krisis di Myanmar tempat Muslim Rohingya dianiaya secara brutal.
Baca Juga: Rusia dan Iran Tandatangani Kerja Sama Strategis
Namun, bertentangan dengan pernyataan Duterte, sebetulnya Human Rights Watch (HRW) telah menanggapi krisis Rohingya dan mendesak PBB untuk mengadakan pertemuan darurat publik.
Lembaga itu juga meminta PBB untuk memperingatkan Pemerintah Myanmar bahwa mereka akan menghadapi sanksi berat kecuali jika mereka mengakhiri kampanye brutal terhadap komunitas Rohingya.
Duterte menambahkan hanya Tiongkok dan Rusia yang menghargai kampanye pemerintahannya dan tidak melemparkan kritik atas pembunuhan gembong narkotika di Manila.
HRW, dalam sebuah pernyataan pers, Sabtu, menyerukan penyelidikan PBB atas perang narkoba Duterte setelah kematian remaja dalam operasi kepolisian baru-baru ini.
Baca Juga: Kebakaran Los Angeles Timbulkan Asap dan Debu Beracun
“Eksekusi di luar hukum oleh polisi Filipina terhadap dua anak selama periode tiga hari menggarisbawahi perlunya penyelidikan PBB tentang perang ‘obat-obatan terlarang’ Rodrigo Duterte,” kata HRW. (T/R11/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Teknis Mulai Datang ke Kairo Bahas Pelaksanaan Gencatan Senjata