Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekspor Tak Terkendala Dengan Protokol Kesehatan

Rana Setiawan - Rabu, 5 Agustus 2020 - 04:22 WIB

Rabu, 5 Agustus 2020 - 04:22 WIB

5 Views

Jakarta, MINA – Situasi pandemi tidak selalu menjadi halangan, khususnya bagi kegiatan perekonomian selama tetap dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan.

Hal tersebut terlihat dengan ekspor yang dilakukan PT. Bukaka Teknik Utama yang hari ini mengekspor 36 unit garbarata ke Thailand tanpa kendala.

“Hari ini kami melakukan proses pengapalan (shipping) 33 unit garbarata dan tiga unit workway ke Thailand dengan nilai ekspor US$ 7,5 juta atau sekitar Rp 120 miliar,” kata Direktur Operasional PT BUkaka Teknik Utama, Hapsari di Dermaga Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) Jakarta, Selasa (4/8).

Hapsari mengungkapkan meski kondisi saat ini masih dalam suasana pandemi, namun perusahaannya masih sanggup bertahan dan bahkan mampu untuk mengekspor ke luar negeri. Selain Thailand tahun ini Bukaka juga akan mengekspor garbarata ke Jepang.

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

Untuk tahun ini Jepang telah memesan 10 unit garbarata dan telah dikirim lima unit pada Januari kemarin. Untuk lima unit sisanya akan di ekspor pada semester ke dua 2020.

Hapsari menyebutkan selain Thailand dan Jepang, perusahaannya juga telah mengekspor ke sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darusalam, Myanmar Chili, serta Hongkong.

Untuk tahun ini Bukaka menargetkan ekspor perusahaan mencapai 50 unit dengan nilai total sekitar Rp 200 miliar. Ia pun menyebutkan meski kondisi tengah pandemi saat ini, namun pemesanan garbarata mengalami peningkatan.

“Ahamduliah kondisi saat ini meski di tengah pandemi masih bagus, bahkan lebih banyak ekspornya di tahun ini dibandingkan tahun lalu. Tahun 2019 ekspornya sekitar 35 unit sehingga kenaikannya mencapai 20% untuk ekspornya,” jelas Hapsari.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

Menurutnya, salah satu penyebab kenaikan tersebut karena banyak bandara yang melakukan perbaikan memanfaatkan kondisi sepi dari penerbangan. Dengan penerbangan tidak sepdat biasanya, saat mereka comisioning untuk pemasangan itu tidak perlu menghentikan aktifitas di bandara.

Hapsari pun berharap kedepannya ada insentif khusus dari pemerintah untuk semakin mendorong ekspor. Terutama ditengah kondisi pandemi saat ini untuk mendorong perekonomian.

Dalam kesempatan yang sama Vice President of Internasional Terminal Operation S. Joko menyatakan pihak pelabuhan siap untuk terus memberikan dukungan untuk mendorong ekspor. Pelabuhan tetap beroperasi setiap hari untuk terus menunjang perekonomian negara.

Ia mengakui kondisi pandemi membuat produksi kendaraan dari pabrikan mobil menurun.

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

“Untuk penurunannya bisa mencapai 40% selama pandemi. Ini terasa sekali karena tujuan ekspor kendaraan tertinggi dapat dikatakan Filipina dengan 38% dan ketika adanya lockdown di Filipina dan Malaysia pada bulai Mei memberikan dampak kepada terminal,” ungkap Joko.

Meski begitu Joko optimis kondisi ke depan akan membaik. Hal itu sejalan dengan kembali dibukanya pasar Filipina dan Malaysia. Ia berharap bulan depan kondisinya mulai membaik.

Kedepankan Protokol Kesehatan

Lebih lanjut Hapsari menegaskan pihaknya terus mengerepankan protokol kesehatan untuk mencegah covid-19. Hal itu diterapkan hingga proses masuknya bahan baku hingga produksi.

Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng

“Setiap karyawan itu  kita cek suhu dan setiap dua minggu seluruh karyawan kita adakan test rapid, sehingga begitu ada gejala lagsung kami bawa ke rumah sakit,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, material yang datang langsung disemprot disinfektan terlebih dahulu. Setelah produk selesai pun kembali disemprot dengan disinfektan sehingga aman.

Hapsari mengatakan, tentu ada tambahan cost tetapi itu sesuatu yang harus dilakukan. Biaya tambahannya sekitar 3% dari total sales, karena untuk semua protokol kesehatan.

“Tentu mengurangi target laba karena memang tidak dibebankan kepada harga produk karena akan tidak kompetitif, namun hal itu bukan menjadi masalah karena kesehatan karyawan itu lebih penting,” pungkasnya.(L/R1/RS3)

Baca Juga: Wapres: Ekonomi Syariah Arus Baru Ketahanan Ekonomi Nasional

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ketum Muhammadiyah: Jadikan Indonesia Pusat Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Indonesia
Internasional
Indonesia