Nablus, 24 Syawwal 1436/9 Agustus 2015 (MINA) – Pemukim ilegal ekstrimis Yahudi Israel, Sabtu (8/8), berusaha membakar sebuah rumahwarga Palestina milik keluarga dari suku Al-Kaabneh di dekat Desa Duma dan A-Taybeh, yang juga berdekatan dengan Jalan Al-Mu’arrajat mengarah ke Jericho.
Ghassan Daghlas, pejabat Palestina yang memonitor kegiatan permukiman ilegal di utara Tepi Barat, mengatakan, sejumlah pemukim ilegal ekstrimis Yahudi Israel melemparkan bom molotov ke arah rumah warga Palestina, bernama Mahmoud Al-Kaabneh.
Namun, penduduk setempat berhasil menangkis serangan mereka dan mengendalikan api. Tidak ada korban luka yang dilaporkan, demikian Kantor Berita WAFA melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dia mengatakan, api sulit untuk dipadamkan saat sekelompok pemukim ilegal ekstrimis Yahudi telah dilaporkan menggunakan bahan pembakaran yang membuat api tumbuh lebih besar ketika dicoba dipadamkan.
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Israel Perintahkan Netanyahu Tanggapi Petisi Pengunduran Dirinya
Serangan pembakaran yang dapat digagalkan ini datang hanya sepekan setelah sekelompok pemukim ilegal ekstrimis Yahudi Israel yang disebut “Price Tag”membakar dua rumah di Duma, selatan Nablus, utara Tepi Barat, mengakibatkan seorang bayi meninggal, dan melukai kritis seluruh keluarganya, termasuk ayahnya, yang meninggal karena luka bakar kritis yang dideritanya pada Sabtu (8/8) pagi.
Warga Palestina Tidak Terlindungi
Menurut organisasi HAM di wilayah jajahan Israel, B’Tselem, dalam kurun tiga tahun terakhir sejak Agustus 2012, warga sipil Israel telah membakar sembilan rumah warga Palestina di Tepi Barat. Selain itu, bom molotov dilemparkan pada sebuah taksi Palestina, membakar keluarga di dalam mobil taksi tersebut. Tidak ada yang didakwa dalam kasus ini.
“Dalam beberapa tahun terakhir, warga sipil Israel membakar puluhan rumah, masjid, bisnis, lahan pertanian dan kendaraan warga Palestina di Tepi Barat. Sebagian besar kasus ini tidak pernah diselesaikan, dan banyak dari kasus itu polisi Israel bahkan tidak repot-repot mengambil tindakan investigasi dasar, “kata B’Tselem.
Baca Juga: Sejumlah Jenazah di Makam Sementara Dekat RS Indonesia Hilang
B’Tselem menyatakan, warga Palestina tidak terlindungi bukan karena kurangnya sarana hukum, tetapi karena otoritas mempekerjakan kebijakan resmi belum lama ini atas kelonggaran dan kurangnya penegakan hukum pada berbagai tindakan kekerasan pemukim ilegal ekstrimis Yahudi.
“Fakta bahwa Polisi Samaria dan Yudea (SHAI) dan badan-badan penegak hukum lainnya telah gagal memecahkan kasus dalam serangan ini. Sebaliknya, itu adalah hasil dari kebijakan menyatakan seluruh tingkat sistem penegakan hukum, khususnya eselon politik, sampai dengan Perdana Menteri,” tambah B’Tselem.
Mengomentari kecaman luas dari kejahatan, B’Tselem menekankan “kutukan resmi serangan ini adalah retorika kosong selama politisi melanjutkan kebijakan mereka untuk menghindari penegakan hukum pada Israel yang merugikan Palestina, serta tidak berurusan dengan iklim masyarakat dan hasutan yang menjadi latar belakang pada fakta ini.”
Setelah Kejahatan Duma, Jaksa Agung Israel, Yehuda Weinstein, pada Selasa (4/8), memberikan badan keamanan internal Shin Bet lampu hijau untuk menangkap tiga ekstrimis sayap kanan di bawah perintah penahanan administratif, setelah kabinet keamanan menyetujui penggunaan hukuman mengikuti serangan pembakaran mematikan di Tepi Barat Jumat (31/7) lalu, Harian Israel Haartez melaporkan.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Dalam penolakan yang jelas dari kebijakan hukuman Israel itu, B’Tselem mengatakan, “kabar utama tentang penahanan administratif warga Yahudi Israel tidak menjawab solusi kekerasan ekstrimis yahudi. Pada kenyataannya, kehidupan dan properti warga Palestina di Wilayah Pendudukan tetap tidak terlindungi. ”
“Setelah bertahun-tahun di mana pihak penegak hukum di Wilayah Pendudukan telah sistematis gagal mengendalikan kekerasan para pemukim [Israel], sulit untuk mengharapkan perubahan saat ini, mengingat bahwa kekuatan ini merupakan bagian yang melekat dari rezim pendudukan,” tambah B’Tselem.(T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza