Pattani, 13 Jumadil Akhir 1436/2 April 2015 (MINA) – Empat bom dilaporkan meledak dalam waktu yang berdekatan di wilayah Thailand Selatan pada Kamis (2/4) pagi. Bom itu meledak di daerah mayoritas Muslim, melukai satu warga dan menyebabkan kerusakan material.
“Empat bom meledak, tiga diantaranya disembunyikan di dalam tangki gas di sekitar Pattani, kota utama di daerah yang berbatasan dengan Malaysia,” kata Letnan Sompop Mameuang Soiwen dari kantor polisi Pattani, demikian World Bulletin yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.
Dia menyebutkan, tiga dari empat bom meledak di depan toko-toko, merusak bangunan fisik dan beberapa mobil yang sedang diparkir di dekatnya. “Sementara bom keempat menyebabkan runtuhnya beberapa tiang listrik, salah satunya menghantam sebuah truk pick up yang lewat, melukai pengemudinya. Ledakan itu mengakibatkan pemadaman di kota, baru dipulihkan setelah 30 menit,” katanya.
Sementara pernyataan dari polisi setempat menduga, tindakan itu dilakukan oleh anggota separatis yang memberontak terhadap Pemerintah Thailand setelah pihak pemerintah mengurangi tingkat keamanan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Sementara di pihak lain, satuan petugas penjinak bom menyakini, setiap bom yang meledak berisi sekitar 10 kilogram atau setara dengan 22 pon bahan peledak.
Untuk diketahui, tiga Provinsi Thailand Selatan, diantaranya Pattani, Yala dan Narathiwat, adalah tempat tinggal bagi0 80% Muslim, mengalami beberapa kali serangan dari pemberontakan yang terjadi sejak 2004 lalu.
Wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah mayoritas Muslim Asia Tenggara yang telah hidup damai hingga 1909 silam, saat terjadi Perjanjian Anglo-Siamese. Inggris kemudian menguasainya hingga wilayah Malaysia dan mengerahkan kontrol atas daerah tersebut.
Pada 1960 lalu, ketika rezim militer Thailand berusaha merebut kendali dari sekolah-sekolah Islam, beberapa kelompok Muslim melancarkan perang gerilya melawan pemerintah. Pemberontakan akhirnya mereda menjelang akhir 1980-an, tetapi baru pada Januari 2004 lalu, ketika gelombang serangan terhadap militer, polisi, mengguncang wilayah tersebut. (T/P011/R03)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai