Oleh: Indonesia Halal Center (IHC)
Produk halal sejatinya tidak hanya berupa produk yang menawarkan manfaat spiritual karena memenuhi kaidah agama Islam, sebab ada kata thayyiban (baik; bermutu) di belakangnya. Seringkali, pilihan produk oleh konsumen justru jatuh pada pilihan produk yang memberikan manfaat secara fisik, yang mengabaikan aspek kehalalan. Padahal jika produk halal dikemas dengan baik hingga mampu memenuhi aspek thoyyiban, tiga manfaat sekaligus akan didapat yaitu : manfaat secara fungsional atau fisik, manfaat secara emosional yaitu kebanggaan dan manfaat secara spiritual yaitu ketaatan terhadap ajaran agama.
Yuswohady, dalam bukunya “Marketing To The Middle Class” yang laris manis, telah melakukan penelitian terhadap fenomena kelas menengah di Indonesia yang didominasi muslim. Penelitian itu menghasilkan banyak hal yang cukup menarik untuk kita gali maknanya. Salah satu hasilnya, konsumen muslim Indonesia dikelompokkan menjadi empat tipe yaitu Apatis, Rasionalis, Konformis dan Univeralis.
- Apatis
Tipe konsumen ini tidak memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup, seringkali berada di tingkat kesejahteraan yang rendah. Begitu pun dengan tingkat kepatuhannya terhadap nilai-nilai Islam, masih rendah. Apatis cenderung mengatakan “emang gue pikirin”, terhadap nilai-nilai Islami yang ditawarkan seperti makanan, minuman bersertifikat halal atau tabungan tanpa riba.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
Hal ini wajar karena bisa jadi tipe ini masih bergelut dengan kebutuhan dasar mereka sehari-hari. Tak dapat dipungkiri, sebagian besar ummat Islam di Indonesia masih berjuang memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga akibatnya tingkat kesadaran terhadap produk halal pun masih rendah. Langkah yang tepat memasarkan produk kepada tipe ini adalah 4P yaitu : price (harga), price, price and price.
- Rasionalis
Berlawanan dengan tipe apatis, tipe rasionalis memiliki cukup pengetahuan bahkan wawasan global. Meski demikian, tingkat kepatuhan terhadap nilai-nilai Islam oleh tipe ini masih rendah.
Mudahnya, tipe ini adalah tipe pragmatis dan logis. Parameter pembelian sebuah produk oleh kelompok ini adalah manfaat fisik dan kadang manfaat emosional.
Perbedaannya, tipe ini sering mengesampingkan aspek ketaatan pad nilai Islam. Tipe ini bahkan sering secara berani memandang ritual agama (seperti kehalalan) sebagai kuno dan tidak modern.
Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku
Penting bagi tipe ini dicitrakan sebagai modern dan pintar saat mengkonsumsi produk. Mudahnya, saat memilih sebuah produk, mereka dengan tegas mengatakan: Gue dapat apa?. Langkah yang tepat menjual produk halal untuk tipe ini adalah tidak memberikan doktrin agama berlebihan, karena terkesan akan menggurui mereka, sedangkan citra tipe ini adalah modern dan pintar yang tidak suka digurui.
Label halal bagi mereka masih menjadi sekedar menghindari “hukuman sosial” atau menghindari rasa malu. Tipe ini juga bisa didekati melalui merk-merk terkenal dan endorser yang memuaskan ambisinya.
- Konformis
Inilah salah satu tipe konsumen ideal bagi produk halal. Tipe ini umumnya taat beribadah dan patuh terhadap nilai Islam secara normatif. Wawasan umum mereka tidak terlalu luas, dengan kecenderungan konservatif, tidak membuka diri terhadap nilai di luar Islam. Mereka cenderung memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap otoritas agama dan tokoh Islam.
Pertimbangan mengkonsumsi produk didasarkan pada ajaran Islam. Mereka juga gampang memberikan kemakluman meski produk berlabel halal yang dikonsumsinya memiliki kekurangan. Yang penting Islam, begitu singkatnya. Berbeda dengan tipe rasionalis yang menilai produk dari apa manfaat untuk dirinya saat ini, tipe konformis lebih menekankan keyakinan jaminan halal karena menginginkan keselamatan akhirat secara total.
Baca Juga: UMK Wajib Sertifikasi Halal 17 Oktober 2026: Bagaimana dengan Produk Luar Negeri?
Sosok rasionalis mencari produk halal karena tren dan menghindari hukuman sosial, tapi tipe konformis membeli produk halal karena hanya produk yang benar-benar halal-lah yang diinginkannya.
Menawarkan jaminan halal yang sempurna (sertifikat halal dan penerapan jaminan halal) kepada tipe ini adalah langkah yang tepat.
- Universalis
Tipe terakhir ini berwawasan luas, melek teknologi, dan teguh menjalankan nilai-nilai Islam. Pemahaman nilai Islam mereka lebih ke arah substantif, bukan normatif. Menjadi Islami bagi tipe ini lebih penting, ketimbang beraksesori Islam. Kalangan ini juga cenderung menjunjung tinggi nilai-nilai yang bersifat universal, kebenaran umum, perbedaan dan toleransi.
Sosok ini cenderung tidak menyukai jika seseorang mengusik mengenai ketaatan terhadap agamanya (seperti kesadaran akan makanan halal) karena bagi mereka hal tersebut sudah final.
Baca Juga: BPJPH, MUI, dan Komite Fatwa Sepakati Solusi Masalah Nama Produk Halal
Yang lebih penting bagi mereka adalah substansi dari kehalalan. Sebagai contoh, mereka bisa memilih The Body Shop sebagai kosmetik pilihan karena merk ini menawarkan produk yang memenuhi substansi kehalalan (tidak melakukan tes pada binatang, memberdayakan petani, dan peduli lingkungan).
Nilai-nilai universal inilah yang mereka percaya menjadi bagian dari nilai Islami. Terhadap tipe ini, produk halal harus mampu menunjukkan nilai produk yang tak sekedar halal tetapi thayyiban.
Tipe ini cenderung tidak menyukai fastfood (makanan cepat saji) yang meskipun bersertifikat halal, tapi tidak memberikan nilai kesehatan. Tapi tipe ini bisa jadi menyukai produk ayam potong organik yang bersertifikat halal.
Sebagai penutup, hendaknya produk halal bisa mewakili karakter produk yang berkualitas dari bahan, proses dan kemasan. Padunya kehalalan dan kualitas produk serta pengemasan yang berkelas akan mendorong naik persepsi produk halal. Halal is a premium quality (Produk Halal adalah produk kualitas premium.)
Baca Juga: BPJPH, MUI Tuntaskan Nama Produk Bersertifikat Halal
Nah…sekarang, sudah seberapa siap produk halal anda ditawarkan kepada empat tipe konsumen ini?
(R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)