Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Entropi, Manusia Tiada yang Abadi (Bincang Sehat Bersama dr. Suwardi Sukri)

Rana Setiawan - Rabu, 13 September 2023 - 17:49 WIB

Rabu, 13 September 2023 - 17:49 WIB

24 Views

Oleh: dr. Suwardi Sukri, Mb.Med.; Praktisi Mikrobioma Medik, Penulis Buku best seller “Rahasia Sehat Nabi Muhammad, Yang Tidak Pernah Sakit,” & Penulis Novel Inspiratif “Bulan Jatuh Dipangkuanku”

   Tubuh Manusia adalah sistem yang sangat terorganisir , ia memperbaiki dirinya sendiri, manakala terjadi gangguan, dengan cara   mempertahan sistim homeostatis. Salah satu sistim homeostatis  yang paling dipertahankan oleh tubuh, dengan cara apapun, adalah sistim keseimbangan Asam Basa.

   Tapi sering harapan tidak sesuai kenyataan, justru gangguan sistim homeostatis lebih mudah terjadi, dibanding mempertahankannya. Bila sistim terganggu, akan menimbulkan ketidakteraturan sesuai hukum Entropi. Semakin lama ketidakteraturan berlangsung, maka penyakit degeneratif kronik terjadi. Di sini, Entropi  bermakna  patologis.

    Secara alami tubuh manusia memiliki kecenderungan  kearah penguraian, pembusukan dan kematian. Itulah hakikat hidup, tiada yang abadi.  Manusia lahir,  bertumbuh, lalu berkembang kemudian mati.

Baca Juga: Lima Kader Muhammadiyah Perkuat Kabinet Merah Putih

Manusia

     Sel adalah unit satuan yang terkecil dari tubuh yang dibentuk oleh 700 triliun sel, yang membentuk jaringan dan organ. Sel digerakkan oleh gen DNA, yang berada di inti sel. Gen DNA memprogram, salah satunya adalah memprogram kematian sel. Ini bersifat natural, sunnatullah.

Program ini merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahan hidup dan menuju kematian. Namun beda dengan kematian sel karena faktor patologis seperti karena akumulasi toksin yang justru percepat laju Entropi. Sel normal, membelah 50 kali kemudian diprogram bunuh diri. Ini sesuai hukum Hayflick.

Faktor Percepat Entropi

Baca Juga: Di Manakah Jenazah Yahya Al-Sinwar?

     Ada banyak faktor sebagai penyebab terjadi peningkatan Entropi. Diantaranya,Pola makan buruk, stres, mindset negatif, lingkungan, life style tidak sehat dan infeksi.

Pola Makan dan Stres

   Makan tidak terlepas dari hidup manusia, makan untuk hidup. Dari bangun tidur sampai mau tidur manusia makan. Siapa yang melarang seseorang makan? Apa yang ia sukai. Tetapi makan yang tidak diatur dan tidak berkualitas akan meningkatkan Entropi.  Makanan dan stres dapat memengaruhi langsung keseimbangan asam basa. Begitu juga makanan dapat memengaruhi tingkat stres. Otak dan saluran cerna saling terkoneksi dengan  stasiun relay-nya bernama: enterik nervus, sistim yang ada di usus.

    Hormon kebahagian dan hormon stres lebih banyak diproduksi di saluran cerna. Bila makanan buruk maka yang dihasilkan hormon stres dan hormon ini berpengaruh ke sel saraf di otak. Stres membuat tubuh bersifat asam, juga sangat merusak kesimbangan mikrobioma di usus: bakteri jahat lebih dominan dari pada bakteri baik, membuat tubuh semakin asam. Sekecil apapun stres akan melonjakkan jumlah bakteri jahat. Bakteri jahat artinya kekacaun, laju Entropi  meningkat. Stres adalah toksin nomor dua setelah bisa ular.

Baca Juga: Pembunuhan Sinwar “Secara Tidak Sengaja”

Ciri-ciri tubuh bersifat asam: darah kental, Eritosit lengket,satu sama lain, Lekosit lemah, tidak aktif, residu makanan menumpuk dalam darah, begitu pula, bakteri jahat (seharusnya darah steril bakter ) akibat semua ini tubuh kekurangan oksigen. Oksigen berkurang bakteri anaerob beraksi, fermentasi sampah dan bangkai sel. Jadi toksin. Entropi meningkat.

Pikiran Negatif

   Kita dapat mengaktifkan gen positif dan gen negatif. Caranya? Dengan merubah mental; berfikir positif: perasaan nyaman, perasaan menyintai dan dicintai, merasa tenang, dan selalu terkoneksi dengan sang Pencipta dan lebih banyak bersedekah akan  perlambat Entropi. Sebaliknya, mengaktifkan gen negatif; berpikir negatif, perasan benci, iri, sedih, merasa tidak diterima, tidak dicintai, emosi, bad mood, akan meningkatkan  Entropi.

Gen dan Enzim

Baca Juga: Bullying dan Peran Komite Sekolah

     Gen mengkode untuk membuat enzim dari hasil olah protein yang kita komsumsi. Protein gerlebih dahulu diubah menjadi asam amino, kemudian dirangkai menjadi protein yang sesuai protein tubuh.

Selanjutnya, protein  diolah menjadi Enzim. Sebagai regulator: Enzim mengurai dan membentuk. Tiada satu pun sel yang dapat menjalankan fungsinya, tanpa enzim.

Membuat hormon butuh enzim, regenerasi sel butuh enzim, detoks toksin butuh enzim, membuat energi butuh enzim. Intinya jangan abai terhadap enzim. Setiap hari tubuh  butuh enzim. Agar stok enzim tidak habis maka kita perlu mengomsumsi makanan hidup. Makanan yang banyak mengandung enzim.

Jika kita mengomsumsi enzim, maka enzim di dalam tubuh tidak banyak dipakai. Enzim yang kita asup akan bekerja mencerna makanan, sementara enzim yang tersedia bekerja untuk keperluan yang penting: seperti regenerasi sel, meningkatkan kekebalan tubuh dan memperpanjang usia harapan hidup.

Baca Juga: Yahya Sinwar “Tidak Mati”

Makanan hidup dan Air

   Makanan hidup adalah makanan yang kaya zat biologik seperti: enzim, vitamin, mineral, anti oksidan, zat bioaktif dan anti mikroba. Makanan hidup hanya tersedia di makanan natural raw seperti sayur, buah dan rempah. Agar memperoleh nutrisi yang berkualitas, cara mengelolah makanan ini, sebaiknya dikomsumsi secara raw, jika tidak bisa, maka seminimal mungkin diproses.

   Tujuh puluh persen tubuh adalah air. Oleh sebab itu, setiap tubuh harus tercukupi kebutuhan air. Usia dewasa sebanyak dua liter air putih setiap hari adalah sehat. Kekurangan air tubuh mengalami dehidrasi, berarti proses entropi berjalan lebih cepat. Sel akan aus, degradasi akibat semua proses hayati sel tidak bekerja. Dibanding tidak makan, manusia dapat bertahan dalam beberapa minggu asal asupan air tercukupi. Air putih, air buah alami lebih sehat dibanding minuman industri artificial.

Processed food

Baca Juga: Selamat Datang Implementasi Wajib Sertifikat Halal

    Makanan yang diproses berlebihan tidak mengandung nutrisi biologik. Hanya kalori. Makanan mati. Sebaliknya akan menguras enzim dan mineral  saat dicerna di lambung dan usus. Lebih parah lagi, merusak ekosistim mikrobioma usus. Makanan nir nutrisi ini sebagai sumber inflamasi terselubung bagi tubuh, dan meningkatkan laju Entropi. Artinya,proses kerusakan menuju kematian semakin dipercepat.

Rokok, Mager dan Istirahat

      Sebatang rokok mengandung ratusan jenis racun diantaranya yang terkenal adalah Niktoin, Tar dan karbonmonoksida. Rokok percepat Entropi, 10 kali lebih cepat dari orang yang tidak merokok.

   Tubuh itu dinamis, tidak statis. Proses kerja tubuh aktif. Oleh sebab itu ,kita harus bergerak, olah raga. Setidaknya jangan pasif. Olah raga atau bergerak menurunkan laju Entropi sebesar 25%. Bergeraklah, jangan statis.

Baca Juga: Zionis Terus Nodai Masjidil Aqsa di Tengah Perang

Istirahat

   Tubuh butuh istirahat. Siang hari untuk me-recharge energi,setelah bekerja 4-5 jam. Dalam Islam, shalat Dzuhur, makan secukupnya, istirahat cukup 20-30 menit. Malam hari, tidur berkualitas. Ketika tidur di tubuh terjadi proses dahsyat: tubuh membersihkan toksin, tubuh mengeluarkan hormon Melatonin dan Growth hormon, regenerasi sel, meningkatan imunitas dan menyehatkan sel saraf. Kini tidur dipandang sebagai bagian dari terapi.

   Di dalam  Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 73:

“Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”

Baca Juga: AS Katanya Penegak HAM, Tapi Mendukung Pelanggar HAM

Kualitas, bukan kuantitas

   Puncak kurva fit, kerja tubuh berbeda antara pria dan wanita. Pria puncaknya di usia 30 tahun, Wanita di usia 40. Perbedaan ini karena pengaruh hormon pada wanita lebih terprotektif. Oleh sebab itu di puncak usia, Kita memilih lebih mementingkan kualitas dibanding kuantitas, baik dari segi fisik maupun spiritual. Fisik butuh makan, minum, gerak dan istirahat. Spritual butuh ibadah, dzikir dan doa.

Perlambat, bukan dipercepat

    Sebaiknya manusia memperlambat proses Entropi dengan mengisi usia yang bermanfaat, dengan cara mengomsumsi makanan hidup dan mengaktivasi gen positif ,serta melibatkan diri pada hal-hal yang positif yang diridhoi oleh Allah Suhanahu Wa Ta’ala. Jangan mempercepat laju Entropi dengan hal-hal negatif. Lebih bijak memperlakukan diri, responsif bukan reaktif.

Baca Juga: AS Katanya Penegak HAM, Tapi Mendukung Pelanggar HAM

Jangan dzolim pada diri

   Dari urain di atas, hukum Entropi berjalan sebagai sunnatullah, oleh sebab itu manusia hanya dapat memperlambat, tidak dapat menghentikannya. Memperlambat adalah suatu cara manusia bersyukur kepada Allah Suhanahu Wa Ta’ala, menjaga diri agar tetap sehat. Dengan tubuh sehat manusia akan lebih maksimal beribadah kepada Allah.

Salam Sehat

(R/R1/P2)

Baca Juga: Orang Beriman dalam Perspektif Al-Qur’an

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
MINA Health
MINA Health
Palestina