Istanbul, 2 Ramadhan 1437/7 Juni 2016 (MINA) – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengutuk serangan bom di Distrik Beyazit, Istanbul, Selasa (7/6), saat mengunjungi warga yang terluka di Rumah Sakit Haseki Istanbul.
“Serangan seperti hari ini di Istanbul tidak dapat diterima sepanjang waktu,” kata Erdogan seraya menekankan bahwa pelaku serangan itu akan ditangkap sesegera mungkin. Erdogan juga mengatakan bahwa Turki akan terus melawan tindakan teror sampai akhir dan serangan seperti hari ini tak bisa dimaafkan.
“Teror sekali lagi menunjukkan sisi memalukannya. Turki akan melanjutkan perjuangan anti-teror tanpa kompromi,” katanya, demikian Daily Sabah Istanbul yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Ledakan yang terjadi di Stasiun Metro dekat dengan Universitas Istanbul pada sekitar 8:30 pagi waktu setempat itu menewaskan tujuh polisi dan lima warga sipil serta melukai 42 orang lainnya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Seorang Pelajar Indonesia Azwar Abadi Arsyad, mahasiswa Universitas Istanbul Jurusan Fisika terkena luka ringan di kepala akibat plafon ruangan kelasnya ambruk karena getaran bom.
Sebelumnya, serangan bom bunuh diri terjadi pada Oktober 2015 lalu di luar Stasiun Kereta Api utama Ankara dan menewaskan lebih dari 100 orang. Itu adalah serangan Turki paling mematikan. Kantor kejaksaan mengatakan serangan itu dilakukan oleh kelompok ISIS.
Sementara pada awal tahun terjadi beberapa kali ledakan bom di Turki. Pada 12 Januari, Kelompok Bersenjata ISIS menargetkan pusat Kota Istanbul. Dilaporkan bahwa dalam serangan itu, 10 orang tewas dan 15 lainnya terluka.
Pada 17 Februari lalu, sebuah bom juga meledak saat kendaraan militer lewat dan menewaskan sedikitnya 28 warga sipil serta personil militer dan melukai 61 lainnya di Ankara.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Serangan lain juga terjadi di Ankara. Pada 13 Maret terjadi ledakan bom yang mengakibatkan 37 warga sipil tewas dan hampir seratus lainnya terluka. Serangan diduga dilakukan oleh Kurdistan Freedom Falcons (TAK), sebuah kelompok yang berafiliasi dengan organisasi PKK.
Pada 19 Maret lalu, ISIS kembali melakukan aksi bom bunuh diri di Istanbul dan menewaskan empat orang serta melukai 36 lainnya, banyak diantaranya adalah orang asing, wisatawan Barat yang sedang berlibur di akhir pekan.
PKK masuk daftar organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa, sedang melakukan kampanye bersenjata selama 30 tahun terhadap negara Turki. Sejak Juli tahun lalu, lebih dari 500 anggota pasukan keamanan tewas dan sekitar 4.900 anggota PKK tewas. (T/P011/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas